Hong Kong (ANTARA News) - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi belum ada bukti yang menunjukkan virus flu burung menular antarmanusia sejak diumumkan peningkatan jumlah kasus virus tersebut di China.

Hingga saat ini, virus tersebut telah menyebar ke Provinsi Anhui Timur sebagai daerah ke-21 yang terinfeksi H7N9, lapor Xinhua.

Enam orang dilaporkan meninggal, empat lainnya di Shanghai dan dua di Zhejiang, China Timur.

Untuk itu, Pemerintah China telah membasmi 20 ribu burung dari kawasan perdagangan ternak di Sianghai, sementara itu sejumlah kota di beberapa negara bagian juga telah mengumumkan penangguhan perdagangan tersebut.

Dalam jumpa pers dengan Kementerian Kesehatan China di Beijing Senin (8/4), WHO mengakui sumber wabah saat ini belum menunjukkan adanya penularan virus flu burung lewat manusia.

"Laporan terakhir dari China merupakan kasus pertama infeksi virus H7N9 pada manusia. Meskipun kami belum mengetahui sumber infeksi, saat ini belum ada bukti penularan antarmanusia yang berkelanjutan," kata juru bicara WHO Michael O'Leary.

Dia mengakui penyakit tersebut sangat berbahaya bagi manusia dan prosentase menunjukkan berakhir dengan kematian atau sakit dengan kondisi yang kritis.

"Beberapa kasus telah diketahui adanya kontak langsung dengan hewan dan lingkungan dimana ia tinggal. Virus tersebut telah ditemukan dalam tubuh burung merpati di suatu pasar di Shanghai. Kejadian ini memungkinkan penularan dari hewan ke manusia yang tengah dilakukan penelitiannya," katanya.

Sementara itu, Pemerintah China mulai mengupayakan vaksin untuk melawan virus H7N9.

Namun, menurut Direktur Kantor Pencegahan dan Pengendalian Flu H7N9 yang berada di bawah Komisi Perencanaan Nasional Kesehatan dan Keluarga Liang Wannian, pembuatan vaksin tersebut bisa memakan waktu hingga delapan bulan sebelum bisa dibawa ke pasar mengingat kesulitan dalam proses pengembangan dan perindustrian.

Liang menjelaskan keputusan untuk memperoduksi vaksin akan bergantung pada apakah virus dapat bermutasi dan menular antarmanusia.

"Kami telah melakukan berbagai pengukuran untuk mencegah dan mengendalikan infeksi yang tengah diterapkan pada 500 rumah sakit dan 400 laboratorium di seluruh daerah di China," katanya.

Namun, dia meyakini pihaknya dapat mengendalikan penyakit tersebut.

Laporan terbaru menyebut jumlah korban tewas akibat virus H7N9 di China meningkat menjadi tujuh orang.

Korban ketujuh itu seorang lelaki bermarga He, meninggal di satu rumah sakit lokal pada pukul 18.45 waktu setempat, Ahad (7/4), dan belakangan dikonfirmasi sebagai penularan paling akhir H7N9 di kota tersebut, kata satu pernyataan dari Komisi Keluarga Berencana & Kesehatan Kotapraja Shanghai.

Penerjemah:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013