Jakarta (ANTARA) - Sosok itu terlihat tak lagi muda, namun perawakannya yang tegap membuatnya gagah melangkah mengenakan seragam kebanggaannya.

Suaranya pun terdengar parau kala mengucapkan kata ‘merdeka’ saat berkumpul bersama sesama teman seperjuangan.

Kerut di wajahnya menggambarkan pengalaman hidup yang telah dirasakannya. Sorot mata itu seakan ramah untuk membuka kembali lembaran cerita yang pernah dialaminya.

Di usianya yang ke 84 tahun, Basirun telah berkeliling Nusantara untuk membela tanah air dari tangan Belanda kala itu.

Pada tahun 1962, sedang ramainya pemerintah Republik Indonesia melancarkan operasi militer bersandi Operasi Trikora untuk merebut Irian Barat (Papua) dari penjajahan Belanda.

Ketika itu Soeharto masih menjabat bintang satu, kata dia.

Basirun kala itu menjadi bagian dari Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI). Ketika semua personel dikerahkan ke Irian, pihaknya ditugaskan ke Ambon.

Lantaran ada banyak gerombolan penyerang di beberapa wilayah mulai dari Ambon, Lombok, hingga Manado sehingga dia memperbantukan.
200 anggota Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) berkumpul merayakan Hari Veteran Nasional di TMP Kalibata, Jakarta, Kamis (10/8/2023). ANTARA/Luthfia Miranda Putri

Dari Jakarta menuju Ambon, saya terombang-ambing di kapal laut merindukan keluarga. Tapi karena tekad sudah kuat saya harus selalu siap untuk membela bangsa kami.

Sesampainya di Ambon, dia harus tinggal di rumah penduduk yang kala itu berbahan bambu dan jauh dari pusat kota.

Hari demi hari dirinya bersama teman seperjuangan membuat misi untuk bisa mengalahkan musuh.

Makan seadanya, namun tenaga sepenuhnya harus dikerahkan. Menjadi seorang pembela tanah air tentu menantang namun semua usaha dan doa yang dikerahkan akan terbayar nantinya.

“Kalau gerombolan Amerika atau Jepang kan pasti tahu, kalau gerombolan itu siangnya jadi petani, malamnya jadi gerombolan,” ujarnya.

Ketika harinya tiba, Basirun bersama teman seperjuangannya bersiap memasang badan sesuai posisi masing-masing.

Berbekal senapan Carron, dirinya sudah siap membidik lawan yang ada di hadapannya.

Dor, dor, dor. Suara itu terdengar namun belum ada perintah untuk menembakkan senjata.

Basirun tertegun mencari siapa rekannya yang tumbang tanpa ada peringatan.

Jangan sampai ada rekannya yang tumbang sebelum berjuang. Namun apadaya nasib berkata lain.

“Teman saya yang belum terjun dari atas sudah ditembakin, peraturan international itu kalau udah turun baru tembak,” ujarnya.

Seakan nyawa hanyalah angin lalu, Basirun harus gerak cepat mengambil posisi menembakkan lawan dari posisinya. Baginya nyawa haruslah dibayar dengan nyawa.

“Apapun yang membuatmu takut, hadapilah dengan berani,” tegasnya.

Tak hanya pengalaman melihat teman sendiri tewas ditembak tanpa peringatan, dia juga pernah mengikuti pasukan G30S PKI untuk membantu mengambil jenazah Jenderal Ahmad Yani dan jenderal lainnya yang terkurung dalam lubang buaya.

Ceritanya sempat terhenti lantaran tak kuasa menahan tangis, namun pesan terakhirnya hanya ingin menyampaikan suatu hal bahwa anak muda.
Suasana Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta, Kamis (10/8/2023). ANTARA/Luthfia Miranda Putri

Pesannya kepada anak muda untuk terus mendalami sejarah Indonesia untuk bisa memahami mana yang baik maupun buruk.

Baginya kemerdekaan Indonesia saat ini memang sudah bebas, namun untuk tugas selanjutnya yakni melawan musuh yakni tak lain adalah rakyat kita sendiri.

Dari Belanda kita bisa belajar menyusun strategi, dari Jepang kita bisa belajar menghargai waktu.

Meski ada banyak musuh dan rintangan, namun jika kita mencari sudut pandang lain maka bisa belajar menyelesaikan masalah.

Karena yang buruk belum tentu buruk bagimu, yang menurutmu baik juga belum tentu baik bagimu, tuturnya.

Sebagai orang Indonesia tentu kita bisa belajar masa lalu dari sejarah, yang nantinya ilmu itu bisa diterapkan untuk hari ini maupun masa yang akan datang.

Kesejahteraan veteran

Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto menyatakan bahwa dirinya akan segera mengusulkan peningkatan kesejahteraan bagi para veteran untuk memperbaiki kondisi hidup mereka.

"Saya akan usulkan ke presiden untuk memperbaiki kondisi veteran di manapun berada, akan pikirkan langkah-langkah untuk bagaimana bisa menempatkan LVRI (Legiun Veteran Republik Indonesia) di tempat yang seharusnya ditempatkan," katanya pada peringatan Hari Veteran Nasional di Kampus Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Jawa Tengah, Kamis.

Ia mengatakan selama ini jasa para veteran luar biasa. Bahkan para veteran generasi 1945, termasuk generasi Brigjen TNI Slamet Riyadi masih terus menorehkan jasa bagi bangsa.

"Begitu selesai perang apa yang mereka lakukan, yang masih muda berangkat sekolah semua, sisanya membangun sekolah di manapun. Sekarang ada Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran di Surabaya, Yogyakarta, dan Jakarta. Belum lagi SMA, STM yang mereka bangun sampai saat ini masih ada," katanya.

Ia mengatakan upaya tersebut dilakukan karena ingin Indonesia lebih terhormat, makmur, dan sejahtera.

"Itu yang mereka cita-citakan, karena itulah saya hargai perjuangan saudara-saudara. Terima kasih sudah undang saya," katanya.


Baca juga: Menhan usulkan peningkatan kesejahteraan bagi veteran
Baca juga: TransJakarta beri layanan gratis untuk 200 veteran keliling Ibu Kota

Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2023