Johannesburg (ANTARA) - Sanele Ntuli, seorang pemuda asal Afrika Selatan (Afsel), mulai belajar bahasa Mandarin dengan cara yang sama seperti rekan-rekannya. Tutornya memberinya nama Mandarin di kelas pertama. "Dari pohon ke hutan", demikianlah arti dari nama Mandarin "Lin Sen" yang diberikan kepadanya.

Di Afsel, jumlah pembelajar bahasa Mandarin dan peminat budaya China mengalami peningkatan yang luar biasa dalam satu dekade terakhir, kata Ntuli.

"Nama Mandarin saya adalah metafora yang tepat untuk menggambarkan minat masyarakat saya yang semakin meningkat terhadap bahasa Mandarin."

Misalnya saja, Institut Konfusius di Universitas Teknologi Durban (Durban University of Technology/DUT) di Afsel, tempat Ntuli belajar bahasa Mandarin.

Sejak 2013 lalu, ketika Presiden China Xi Jinping menyaksikan penandatanganan perjanjian pendirian institut itu, hampir 10.000 mahasiswa telah belajar di sana.

Baru-baru ini, Ntuli, yang sekarang menjadi instruktur bahasa Mandarin, bersama dengan 49 guru dan siswa Institut Konfusius DUT lainnya, menulis sebuah surat gabungan kepada Xi, membagikan kisah tentang pengalaman, pencapaian, dan perasaan mereka selama belajar bahasa Mandarin, sekaligus menyampaikan terima kasih kepada Xi dan pemerintah China yang telah memberikan banyak peluang bagi pemuda-pemudi Afrika untuk mengejar impian mereka, dan dengan penuh semangat mereka menantikan kunjungan Xi ke Afrika Selatan lagi.

Yang mengejutkan Ntuli, Xi ternyata menjawab surat tersebut. Sang presiden mendorong mereka untuk belajar bahasa Mandarin dengan baik dan berkontribusi untuk meneruskan persahabatan China-Afsel serta mempromosikan kerja sama persahabatan antara kedua negara.
 

Para pencari kerja berswafoto dengan seorang pemberi kerja China di bursa kerja di Johannesburg, Afrika Selatan, 8 April 2019. (Xinhua/Chen Cheng)


   Sebagai negara berkembang yang penting, China dan Afsel telah menjalin persahabatan "persaudaraan erat" yang istimewa, kata Xi dalam surat tersebut, seraya menambahkan bahwa mempelajari dan memahami bahasa serta budaya satu sama lain dapat berkontribusi dalam memfasilitasi rasa saling pengertian dan memupuk persahabatan yang langgeng di antara kedua bangsa.   

Dengan semakin eratnya hubungan antara kedua negara, opsi belajar bahasa Mandarin dan memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh kerja sama ekonomi dan perdagangan bilateral kedua negara kini telah semakin diminati oleh banyak pemuda Afsel.

Bagi banyak muridnya, pengalaman Ntuli belajar bahasa Mandarin sangat menginspirasi. "Banyak mahasiswa dan dosen DUT yang mengikuti kelas bahasa Mandarin kami," katanya kepada Xinhua.

"Ketika saya menceritakan kepada mereka tentang pengalaman saya saat pertama kali belajar bahasa Mandarin, lalu belajar di China, sampai sekarang mengajar bahasa Mandarin, mereka berkomentar bahwa pengalaman saya sangat menginspirasi."

Perjalanan Ntuli dalam menguasai bahasa Mandarin dimulai lima tahun yang lalu. Bahasa Mandarin merupakan salah satu bahasa yang paling sulit di dunia, demikian didengar Ntuli selama bertahun-tahun.

Dia tak pernah mengira akan tertarik belajar bahasa Mandarin sampai seorang teman pada 2018 mengundangnya ke Institut Konfusius DUT.

Terpesona oleh aksara Mandarin, Ntuli sejak saat itu dengan tekun mempelajari bahasa tersebut. Baginya, belajar bahasa Mandarin lebih dari sekadar hobi. Hal ini bahkan telah membukakan kesempatan baginya untuk meraih pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik.

Dalam suratnya, Xi menuturkan bahwa dengan belajar bahasa Mandarin, banyak pemuda-pemudi Afsel mendapatkan sekilas wawasan tentang sejarah dan budaya China, meningkatkan pilihan karier mereka, dan mewujudkan impian mereka.
 

Para penari berinteraksi dengan wisatawan dari Tiongkok dalam upacara penyambutan di Bandara Internasional OR Tambo di Johannesburg, Afrika Selatan, pada 29 Maret 2023. (Xinhua/Zhang Yudong)
  


Dengan semakin eratnya hubungan antara kedua negara, opsi belajar bahasa Mandarin dan memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh kerja sama ekonomi dan perdagangan bilateral kedua negara kini telah semakin diminati oleh banyak pemuda Afsel.

Data yang dirilis oleh China mencatat bahwa pada paruh pertama tahun ini, perdagangan bilateral China-Afrika Selatan mencapai 28,25 miliar dolar AS (1 dolar = Rp15.308), naik 11,7 persen secara tahunan (year on year/yoy).

China telah mempertahankan posisinya sebagai mitra dagang terbesar Afsel selama 14 tahun berturut-turut, sementara Afsel telah menjadi mitra dagang terbesar China di Afrika selama 13 tahun berturut-turut.

Menurut Wu Lin, wakil dekan Institut Konfusius DUT, institutnya menawarkan program pengembangan keterampilan bagi pemuda setempat, pertukaran pelajar, magang, dan berbagai kesempatan lain di samping mengajarkan bahasa Mandarin.

Dengan mengintegrasikan pembelajaran bahasa Mandarin dengan pengembangan karier, inovasi, dan kewirausahaan, Institut Konfusius itu telah menjadi ikon pertukaran antarmasyarakat yang semakin erat dan bermanfaat antara China dan Afsel.

"Saya melihat diri saya dan rekan-rekan saya yang belajar bahasa Mandarin sebagai 'jembatan' antara China dan Afsel," kata Ntuli. "Saya ingin membantu lebih banyak pemuda-pemudi Afsel... sehingga jembatan ini dapat semakin diperkokoh."

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2023