Shanghai/Singapura (ANTARA) - China diperkirakan akan memangkas suku bunga acuan pinjaman dalam penetapan bulanan pada Senin (21/8/2023), dengan banyak analis memperkirakan penurunan besar pada suku bunga referensi hipotek (KPR) untuk menghidupkan kembali permintaan kredit dan menopang sektor properti yang sedang sakit.

Suku bunga dasar pinjaman (loan prime rate/LPR) yang biasanya dibebankan kepada klien-klien terbaik bank, dihitung setiap bulan setelah 18 bank komersial yang ditunjuk mengajukan suku bunga yang diusulkan ke bank sentral, People's Bank of China (PBoC).

Dalam jajak pendapat terhadap 35 pengamat pasar, semua peserta memperkirakan pemotongan LPR satu tahun dan tenor lima tahun, setelah bank sentral secara tak terduga menurunkan suku bunga kebijakan jangka menengah minggu lalu.

Suku bunga fasilitas pinjaman jangka menengah (MLF) berfungsi sebagai panduan untuk LPR dan pasar sebagian besar menggunakan suku bunga MLF sebagai pendahulu untuk setiap perubahan suku bunga acuan pinjaman. Penetapan LPR bulanan akan ditentukan Senin depan.

Di antara 35 peserta survei, 19 atau 54 persen, memperkirakan pemotongan 15 basis poin untuk LPR satu tahun - di mana sebagian besar pinjaman baru dan pinjaman yang beredar didasarkan dan saat ini sebesar 3,55 persen. Sebanyak 16 pedagang dan analis yang tersisa memperkirakan penurunan 10 basis poin.

Dan 33 atau 94 persen dari mereka, memperkirakan suku bunga lima tahun, yang berfungsi sebagai suku bunga referensi hipotek, akan dipangkas setidaknya 15 basis poin. LPR lima tahun saat ini berada di 4,20 persen.

"Setelah penurunan suku bunga kebijakan lebih awal dari perkiraan, kami memperkirakan pemotongan 10 basis poin dalam LPR satu tahun dan pemotongan 20 basis poin dalam LPR lima tahun untuk lebih menopang sektor properti," kata analis Citi dalam sebuah catatan.

Mereka juga memperkirakan bank sentral segera menurunkan rasio persyaratan cadangan (reserve requirement ratio/ RRR) bank sebesar 25 basis poin.

Ekspektasi pasar untuk pelonggaran moneter lebih lanjut mengikuti data ekonomi yang menunjukkan penurunan pinjaman kredit dan meningkatnya tekanan deflasi. Sementara itu, risiko gagal bayar di beberapa pengembang perumahan telah merusak kepercayaan pasar keuangan.

Menanggapi krisis pasar properti yang semakin dalam, bank sentral berjanji akan menyesuaikan dan mengoptimalkan kebijakan properti, menurut laporan implementasi kebijakan moneter kuartal kedua yang diterbitkan minggu lalu.

"Menurut modus operandi PBoC sebelumnya, kita akan memperkirakan pemotongan 10-15 basis poin yang simetris dan besar untuk satu tahun dan lima tahun minggu depan," kata Carlos Casanova, ekonom senior untuk Asia di UBP.

"Ke depan, kami memperkirakan bahwa PBoC juga akan menindaklanjuti dengan tambahan pemotongan RRR sebesar 50-75 basis poin dan perluasan neraca untuk memitigasi risiko di sektor-sektor utama, seperti utang kendaraan pembiayaan pemerintah daerah (LGFV) juga dikenal sebagai platform pembiayaan lokal (LFP) dan pasar perumahan regional."


Baca juga: Beijing tingkatkan upaya dorong ekonomi digital
Baca juga: Minyak naik dipicu sinyal perlambatan produksi AS, catat rugi mingguan

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023