Kabupaten Bekasi (ANTARA) - Warga Desa Karangmulya, Kecamatan Bojongmangu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat menggelar acara hajat bumi di kawasan Situ Abidin sebagai wujud ungkapan rasa syukur melalui gotong royong dan saling berbagi.

"Hajat bumi merupakan cikal bakal budaya gotong royong di tengah masyarakat pedesaan. Pestanya rakyat, ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah, hasil gotong royong warga," kata Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Bekasi Rahmat Atong di Cikarang, Selasa.

Dia mengatakan hajat bumi yang digelar masyarakat Desa Karangmulya hari ini juga dirangkaikan dengan sejumlah hiburan rakyat sehingga mampu mempererat tali silaturahmi sesama warga.

Kegiatan ini biasa dilakukan di wilayah pedesaan maupun pesisir Kabupaten Bekasi pada momentum tertentu semisal setelah masa panen atau pada waktu nelayan mendapatkan tangkapan ikan yang melimpah.

"Intinya hajat bumi menjadi tradisi budaya masyarakat. Mereka berkumpul, berbaur menjadi satu di acara tradisi tahunan itu," katanya.

Baca juga: Wali Kota Surabaya: Sedekah bumi ajang silaturahim antarwarga

Kepala Desa Karangmulya Jaka Suteja mengatakan pesta rakyat hajat bumi ini merupakan permintaan warga yang menginginkan kegiatan tersebut dihidupkan kembali. Antusias masyarakat sangat tinggi mengikuti setiap tahapan acara ini.

Rangkaian hajat bumi diawali dengan tasyakuran dan zikir bersama di Makam Syekh Abidin yang berlokasi di tengah area Situ Abidin, dilanjutkan dengan makan bersama dan ditutup dengan hiburan rakyat beragam kesenian hingga puncak acara wayang golek semalam suntuk.

"Saya tentu bahagia melihat masyarakat yang hidup bertani dan mereka ikut berbaur dengan warga lain untuk mengucap syukur," katanya.

Acara ini semakin meriah dengan prosesi arak-arakan warga dari tiga dusun yang membawa hasil bumi seperti sayuran, palawija, kelapa, dan tumpeng, diiringi kesenian tradisional khas Sunda yakni odong-odong, jaipongan ketuk tilu, serta seni kliningan.

"Setelah sampai di lokasi hajat bumi, hasil bumi tersebut dibagikan ke warga, bahkan sebagian warga pun berebutan untuk mendapatkan sebagai berkah. Alhamdulillah dengan adanya hajat bumi, para pelaku UMKM di sini turut mendapatkan berkah rezeki sehingga membantu meningkatkan perekonomian warga," ucap dia.

Sementara itu, sesepuh Desa Karangmulya yang juga kuncen Makam Syeh Abidin Bah Kano mengatakan tradisi Sunda Hajat Bumi juga disebut dengan tradisi Ngaruwat Bumi yang memiliki arti merawat bumi.

"Ngaruwat dalam bahasa Sunda berasal dari kata ruwat yang memiliki arti merawat atau menjaga. Sehingga, istilah dari Tradisi Sunda Hajat Bumi memiliki arti tradisi yang bertujuan untuk mengajak masyarakat sekitar untuk mengumpulkan hasil bumi," ucapnya.

Bah Kano menjelaskan hasil bumi yang dikumpulkan beragam baik yang masih mentah maupun yang sudah diolah, sebagai representasi rasa syukur kepada Tuhan serta memberikan penghormatan dan menghargai leluhur suku Sunda.

Dia mengungkapkan tradisi ini biasa digelar untuk menyambut Tahun Baru Islam atau setahun sekali pada awal Muharam. "Tradisi ini ditandai dengan berkumpulnya para warga, membawa hasil pertanian seperti, buah-buahan, sayuran, palawija dan juga aneka makanan ringan," ucapnya.

Tradisi hajat bumi Desa Karangmulya merupakan warisan nenek moyang yang sampai sekarang masih dilestarikan meski saat pandemi digelar secara sederhana. "Dua tahun kemarin pas COVID-19, acara kita adakan sederhana, hanya zikir bersama di makam Syekh Abidin. Baru tahun ini hajat bumi diadakan lagi," kata dia.

Baca juga: Warga Ponorogo gelar sedekah bumi di Telaga Ngebel sambut "Suroan"

Pewarta: Pradita Kurniawan Syah
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023