Brussels (ANTARA News) - Komisi Eropa hari Rabu menyatakan mengirim bantuan senilai tiga juta ero (sekitar Rp37 miliar) untuk menolong lebih kurang 140.000 tunawisma akibat kekerasan di Timor Timur (Timtim) dalam beberapa bulan terakhir ini. Dana Eropa Bersatu itu akan dipakai untuk membantu keluarga tunawisma dan tuan rumahnya dengan pangan, air, kebersihan, perawatan kesehatan dan peralatan dapur, demikian pernyataan Komisi Eropa di Brussels, Belgia, Rabu (Kamis WIB). Paket bantuan itu juga akan membiayai dukungan psikososial bagi anak-anak, tambahnya. Kekerasan antar-kelompok di negara muda itu memaksa hampir 140.000 orang meninggalkan rumahnya di Dili, ibukota Timtim, yang merupakan lebih dari 15 persen dari jumlah penduduk negeri itu. Sekira 70.000 tunawismawan itu tinggal di kumpulan tenda di sekitar Dili, sementara lebih dari 70.000 lain lari ke pedalaman, sebagian besar tinggal dengan keluarga atau teman mereka, kata komisi tersebut. Penjarahan gudang, toko dan tempat usaha mengakibatkan kelangkaan cepat pangan dan kebutuhan pokok lain, tambahnya. Kekerasan terulang di Dili hari Rabu sesudah ketenangan akibat Perdana Menteri Timor Timur Mari Alkatiri mundur dan tawar-menawar politik dimulai untuk mencari penggantinya. Berita menyatakan belasan rumah dibakar dalam baku-serang kelompok suku dari barat dengan timur dari negara terbaru di dunia dan termiskin di Asia itu. Kekuatiran akan terjadi kembali kerusuhan di Timor Timur hari Rabu meningkat setelah beberapa rumah dan toko kecil di Dili dibakar pengecam, yang mendukung atau menentang Alkatiri. Alkatiri mundur setelah terjadi unjukrasa besar dan, sementara Presiden Xanana Gusmao mempertimbangkan saran partai berkuasa Fretilin bagi penggantinya, ribuan pendukung partai itu berkumpul dekat Dili, siap bergerak memasuki ibukota itu. Harapan bagi pengahiran kerusuhan lebih dari bulan itu menipis, sementara berita tersebar luas mengenai berkumpulnya pendukung Fretilin, sebagian besar mereka pendukung Alkatiri. Mereka diperkirakan memasuki ibukota itu. Tapi, ratusan pengecam Alkatiri masih berada di luar gedung utama pemerintah dan sejumlah kelompok berkumpul di taman dan tempat terbuka di sekitar ibukota di pinggir laut itu. Pasukan perdamaian beranggota 2.500 tentara pimpinan Australia meningkatkan perondaan dan petugas pemadam kebakaran dari pasukan Australia berusaha memadamkan api di dua rumah dan sejumlah toko di permukiman dekat bandar udara. "Saya sangat cemas," kata seorang pedagang sambil menutup tokonya, "Saya membawa barang berharga keluar toko." Pada hari itu juga, belasan pemuda dari kedua pihak saling lempar batu di Dili, tapi tentara Australia segera datang memisahkan mereka. Pasukan Australia terlihat memperkuat pos pemeriksaan dan menutup jalan, yang menurut rencana dilalui iringan Fretilin. Para perwira sebelumnya menyatakan akan mengizinkan unjukrasa oleh semua pihak selama tetap damai. Perpecahan itu terjadi akibat bentrokan dalam angkatan bersenjata dua bulan lalu, yang memicu penjarahan dan pembakaran dan baru berahir setelah kedatangan pasukan asing pimpinan Australia. Warga Timtim dari daerah barat dianggap berpihak pada Indonesia selama wilayah itu bergabung dengan Jakarta. Warga Timtim dari daerah timur mengaku berjasa bagi perjuangan kemerdekaan dari Indonesia. Timtim adalah wilayah bekas jajahan Portugis selama hampir lima abad yang ditinggalkan begitu saja pada 1975, dan setahun kemudian berintegrasi dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hanya saja, mayoritas penduduknya pada 1999 dalam jajak pendapat di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memilih melepaskan diri dari NKRI dan merdeka pada 2002. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006