Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 19 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 84,23 dolar AS per barel pada pukul 06.40 GMT
Singapura (ANTARA) - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Selasa sore, karena kekhawatiran bahwa kemungkinan kenaikan suku bunga AS lebih lanjut dapat menurunkan permintaan melebihi kekhawatiran bahwa badai tropis di Pantai Teluk AS dapat berdampak pada pasokan.

Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 19 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 84,23 dolar AS per barel pada pukul 06.40 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS merosot 24 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 79,86 dolar AS per barel.

Investor menunggu data ekonomi utama AS pada akhir pekan ini yang akan membantu menentukan jalur suku bunga tahun ini dan tahun depan.

Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada Jumat (25/8/2023) mengatakan bank sentral AS mungkin perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk meredakan inflasi yang membandel.

Pasar mengantisipasi kemungkinan 80 persen bahwa Fed akan bertahan pada bulan depan, alat FedWatch dari Refinitiv menunjukkan, namun kemungkinan kenaikan suku bunga pada November sekarang diperkirakan sekitar 56 persen.

Baca juga: Minyak stabil di Asia, ketakutan pasokan imbangi penurunan permintaan

Baca juga: Minyak naik tipis setelah China bergerak dukung perekonomian yang lesu


“Mungkin sulit bagi harga minyak untuk mempertahankan tren kenaikan yang kuat (yang terlihat) pada Juli pada tahap ini. Perekonomian AS dan Eropa akan menghadapi tekanan penurunan pada kuartal keempat hingga suku bunga mencapai puncaknya,” kata analis CMC Markets, Leon Li.

"Jadi mungkin ada kekhawatiran mengenai permintaan, yang memberikan tekanan pada harga minyak. Dan perekonomian China masih belum menunjukkan perbaikan yang signifikan... Harga minyak mungkin masih berfluktuasi pada tahap ini, dan peningkatan lebih lanjut di masa depan mungkin memerlukan data China yang kembali pulih".

Pemulihan ekonomi China tersendat akibat memburuknya kemerosotan properti, lemahnya belanja konsumen dan jatuhnya pertumbuhan kredit, yang mendorong Beijing untuk memangkas suku bunga kebijakan utama untuk menopang aktivitas ekonomi dan konsumen minyak terbesar kedua di dunia itu.

Meskipun harga sejak awal kuartal ketiga masing-masing naik sekitar 12 persen dan 13 persen untuk Brent dan WTI, menyusul pengurangan produksi dari OPEC+, prospek perekonomian China tetap menjadi kekhawatiran, kata analis di National Australia Bank dalam catatan Selasa.

Sementara itu, Badai Tropis Idalia melanda bagian barat Kuba pada Senin (28/8/2023) dan hampir menjadi angin topan saat menuju Florida. Badai ini kemungkinan besar akan menyebabkan pemadaman listrik dan berdampak pada produksi minyak mentah di sisi timur Pantai Teluk AS.

Minggu ini fokusnya juga akan tertuju pada laporan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi AS yang akan dirilis pada Kamis (31/8/2023) dan data penggajian non-pertanian Agustus pada Jumat (1/9/2023).

Baca juga: Minyak menguat di awal Asia setelah China bergerak dukung ekonomi lesu

Baca juga: Minyak bersiap untuk penurunan mingguan kedua karena penguatan dolar

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023