Kediri (ANTARA) - Tim Penggerak PKK Kota Kediri, Jawa Timur, menggandeng praktisi memberikan edukasi kepada pelajar putri sebagai upaya mencegah pernikahan dini.

Ketua TP PKK Kota Kediri Ferry Silviana Abu Bakar mengemukakan edukasi penting dilakukan sebagai bekal terutama untuk remaja putri.

"Tidak ada cara yang efektif untuk mencegah pernikahan dini dan kekerasan seksual selain pendidikan," katanya di Kediri, Selasa.

PKK Kota Kediri, kata dia, mempunyai program Selimut Hati (sekolah bagi perempuan bekal tantangan hidup di masa depan nanti). Edukasi dengan program ini dinilai bermanfaat sehingga remaja putri mempunyai bekal lebih untuk masa depannya baik terkait dengan pernikahan maupun kesehatan reproduksi.

Bunda Fey, sapaan akrab Ferry Silviana, juga percaya bahwa perempuan yang ingin belajar menjadi perempuan yang berdaya, akan lebih tangguh dan siap menghadapi segala macam risiko dan tantangan yang mungkin menerpa di masa mendatang. Setiap perempuan pasti ingin menikah, dan kehidupan pernikahan tidak segampang yang dibayangkan.

Baca juga: PKK Kediri minta masyarakat cegah perundungan anak

"Kalau semua hal tidak siap, tidak memiliki ilmu kesehatan, tidak tahu hak-hak perempuan, agama, fiqih perempuan kita bisa jadi korban dan kita jadi perempuan yang tidak berdaya. Oleh karena itu, dalam kegiatan ini ada banyak narasumber kompeten, mari kita belajar bersama, gali ilmu sebanyak-banyaknya," kata dia.

Di Kota Kediri, puluhan anak mengajukan dispensasi kawin (diska). Data dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jawa Timur, selama Januari-Mei 2023, total ada 15 pengajuan dispensasi kawin.

Pada tahun 2022 ada sebanyak 65 pengajuan dispensasi kawin di Kota Kediri. Pada tahun 2021 terdapat 63 pengajuan dan 2020 tercatat 84 pengajuan.

Program Selimut Hati Batch 4 digelar di Balai Kota Kediri, diikuti oleh remaja putri perwakilan dari 46 kelurahan se-Kota Kediri dan pendaftar umum.

Hadir sebagai narasumber yakni Kalis Mardiasih seorang penulis dan aktivis perempuan, Nur Rofiah yang berprofesi sebagai akademisi, Tatik Imadatus seorang psikolog, Elizabeth Biretni yang berprofesi sebagai dokter spesialis kandungan dan pemerhati kesehatan, serta Maulia Martwenty seorang praktisi hukum.

Baca juga: PKK Kediri menggencarkan perlindungan anak cegah pelecehan seksual

Yuli, perwakilan dari Kelurahan Campurejo, Kota Kediri, menanyakan kepada narasumber tentang cara mengatasi bila memiliki pasangan yang masih mengusung budaya patriarki.

Kalis Mardiasih, narasumber yang hadir dalam acara tersebut memberikan saran untuk menanyakan ke pasangan terkait dengan pandangannya terhadap perempuan yang berdaya dan memiliki pengetahuan, karena mencari pasangan hidup harus selektif.

"Laki-laki itu memandang perempuan sebagai apa. Sebagai manusia yang punya hak atau tidak. Hak untuk berpendidikan, berpengetahuan, hak untuk mengutarakan pendapat dan lainnya. Karena banyak sekali perempuan untuk mau ngomong saja takut sama pasangannya. Kenapa hidup dalam hubungan yang penuh ketakutan. Jadi pasanganmu sepakat atau tidak kalau perempuan itu punya semua hak itu," kata Kalis Mardiasih.

Program Selimut Hati Batch 4 ini dilaksanakan selama dua hari, yaitu tanggal 29-30 Agustus 2023.

Baca juga: 172 sekolah di Kota Kediri terapkan ramah anak

Hadir dalam acara ini Sekretaris Daerah Kota Kediri Bagus Alit, pengurus dan kader PKK Kota Kediri, dan 250 peserta.

Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023