Ada beberapa penyakit yang masuk dalam golongan ISPA, antara lain sinusitis, batuk pilek, pneumonia, radang tenggorokan akut (faringitis), COVID-19 dan laringitis akut
Sukabumi, Jabar (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, mencatat di sepanjang Januari-Juli 2023 di daerah itu terdapat 35.045 kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

"Kasus ISPA pada 2023 ini didominasi oleh anak-anak yang di mana pada usia 0-13 tahun, imunitas mereka masih dalam perkembangan sehingga di saat daya tahan tubuhnya menurun maka dengan mudah anak terserang virus maupun bakteri penyebab ISPA," kata Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Kota Sukabumi di Sukabumi pada Kamis (31/8).

Menurut Wita, ada beberapa penyakit yang masuk dalam golongan ISPA, antara lain sinusitis, batuk pilek, pneumonia, radang tenggorokan akut (faringitis), COVID-19 dan laringitis akut.

Untuk bakteri dan virus yang menjadi penyebab ISPA seperti hinovirus (penyebab flu), ​​​​​​​pneumokokus (penyebab pneumonia dan meningitis), ​​​​​​​adenovirus (penuyebab bronkitis, pneumonia dan flu), virus influenza (penyebab flu) dan virus corona (penyebab penyakit COVID-19).

Baca juga: Kemenkes siapkan 740 fasilitas kesehatan tangani dampak polusi udara Selain itu, kondisi cuaca buruk dan polusi udara juga menjadi salah satu penyebab utama penyebaran penyakit yang menyerang saluran pernapasan atas dan bawah. Meskipun pasien ISPA bisa sembuh dengan sendirinya dengan meningkatkan imun tubuh, tetapi tetap harus diwaspadai.

Walaupun hingga kini di Kota Sukabumi belum ada laporan pasien ISPA yang meninggal dunia, tetapi penyakit ini tetap berbahaya bahkan ada yang bisa menyebabkan kematian seperti COVID-19.

Adapun rincian data kasus ISPA setiap bulan, untuk Januari 6.188 kasus, Februari 5.022 kasus, Maret 4.303 kasus, April 3.614 kasus, Mei 6.725 kasus, Juni 4.689 kasus dan Juli 4.507 kasus.

Tidak menutup kemungkinan pada Agustus ini jumlah kasus ISPA meningkat karena bertepatan dengan musim kemarau yang di mana kondisi daerah yang kering akibat tidak ada hujan selama satu bulan penuh sehingga debu beterbangan dan terhirup.

Baca juga: Dokter paru: Durasi paparan polusi pengaruhi dampak pada tubuh 

"ISPA tidak bisa dianggap sepele, maka dari itu masyarakat harus mengetahui gejala awal terserang penyakit ini seperti batuk, demam, nyeri kepala, hidung tersumbat, nyeri tenggorokan atau nyeri telan dan timbul gejala sinusitis seperti hidung berair serta kesulitan bernafas. Jika merasakan ataupun ada anak yang mengalami gejala tersebut untuk segera membawa ke rumah sakit, klinik dan pusat layanan kesehatan lainnya agar bisa segera ditangani dan sakitnya tidak bertambah parah," tambahnya.

Wita mengatakan pencegahan yang paling efektif adalah menjaga imunitas tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan vitamin, rajin berolahraga, menggunakan masker serta sebisa mungkin menjauhi kerumunan dan menghindari asap rokok.

Di sisi lain, pihaknya juga sudah meminta kepada seluruh fasilitas kesehatan yang ada di Kota Sukabumi untuk meningkatkan pelayanan antisipasi terjadinya lonjakan pasien baik ISPA, demam berdarah dengue (DBD), diare dan lainnya.

Baca juga: Kenaikan ISPA pada balita di Jakarta masih tertangani Puskesmas

Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023