Libreville (ANTARA) - Para perwira militer Gabon menyatakan telah merebut kekuasaan di negara itu, Rabu (30/8), tak lama setelah badan pemilu negara di Afrika Tengah itu mengumumkan Presiden Ali Bongo terpilih kembali sebagai presiden Gabon.

Apa yang terjadi di Gabon?

Pada Rabu dini hari waktu setempat, para perwira militer Gabon mendadak muncul di layar televisi nasional untuk menyatakan telah mengambil alih kekuasaan, hanya satu jam setelah komisi pemilihan umum negara ini menyatakan Bongo memenangkan pilpres guna menjadi presiden untuk masa jabatan ketiganya.

Kubu oposisi mengecam pemilu 26 Agustus itu sebagai pemilu yang curang, namun tim kampanye Bongo membantah tuduhan itu.

Namun, ketiadaan pengamat internasional, penghentian sementara siaran televisi asing, dan keputusan pihak berwenang dalam memutus layanan internet serta memberlakukan jam malam secara nasional, memunculkan kekhawatiran mengenai transparansi.

Dengan dalih pemilu yang tidak kredibel, para perwira militer Gabon itu mengumumkan bahwa mereka telah membatalkan hasil pemilu, menutup perbatasan Gabon sampai pemberitahuan lebih lanjut, dan membubarkan lembaga-lembaga negara.

Mereka mengaku mewakili seluruh angkatan bersenjata Gabon dan menyebut diri mereka Komite Transisi dan Pemulihan Lembaga.

Dalam pidato berikutnya yang disiarkan televisi, para perwira militer itu menyatakan telah menjadikan Bongo sebagai tahanan rumah dan menangkap putranya, Noureddin Bongo Valentin, dan lainnya karena korupsi dan pengkhianatan.

Siapakah Ali Bongo dan mengapa digulingkan?

Presiden Ali Bongo (64), mulai berkuasa setelah memenangkan pemilu yang kontroversial pada 2009 setelah ayahandanya, Omar Bongo, meninggal dunia usai memerintah Gabon selama 42 tahun.

Kampanye Ali Bongo dalam melestarikan hutan hujan dan gajah hutan di negara penghasil minyak itu menjadi landasan pemerintahannya. Awalnya dia menjadi harapan membawa perubahan pada sistem otokratis negara itu.

Dia kembali memenangkan pemilu pada 2016 namun para penentangnya menuduh dia melakukan kecurangan dalam pemilu. Secara brutal dia memadamkan protes para penentangnya ini.

Para penentangnya juga menuding keluarga sang presiden tidak berbuat banyak dalam meratakan pendapatan dari hasil kekayaan minyak dan pertambangan negara itu ketika sepertiga dari 2,3 juta penduduk Gabon hidup miskin.

Dalam kampanye menjelang pemilu terakhirnya, Bongo berusaha menepis tudingan para pengkritiknya bahwa dia tidak layak memerintah karena stroke pada 2018 sampai lama direhabilitasi di Maroko.

Jika berhasil, kudeta Gabon akan mengakhiri kekuasaan keluarga Bongo selama 56 tahun. Masih belum jelas berapa lama masa transisi yang dijanjikan militer atau apa sebenarnya yang direncanakan oleh para perwira Gabon itu

Ini menjadi kudeta kedelapan di Afrika Barat dan Tengah sejak 2020. Para perwira militer juga merebut kekuasaan di Mali, Guinea, Burkina Faso dan Chad, dan yang terbaru di Niger, sehingga memupus demokratisasi sejak 1990-an di kawasan itu.

Baca juga: Militer Gabon klaim rebut kekuasaan setelah pemilu
Baca juga: Kemlu: 708 WNI di Gabon dalam kondisi aman

Baca juga: Uni Afrika kutuk upaya kudeta di Gabon

Sumber: Reuters
 

Penerjemah: Jafar M Sidik
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023