Isra yang juga jatuh hati kepada Suhaimi bersedia dinikahi ... keduanya menikah pada Januari 2023.
Martapura (ANTARA) - Senyum manis dari seorang perempuan tampak menyambut kedatangan Kepala Dinas Sosial Kabupaten Kotabaru Nurviza beserta sejumlah pegawainya di sebuah rumah di Desa Sungai Rangas Ulu, Kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

"Eh, Ibu," ucap Isra Fitriana, perempuan itu sembari membukakan pintu rumah untuk mempersilakan Nurviza dan rombongan masuk.

Pertemuan antara Nurviza dan Isra begitu emosional, keduanya langsung berpelukan sembari menanyakan kabar masing-masing.

Tak hanya dengan kepala dinas, Isra ternyata juga mengenali betul beberapa orang yang ikut dalam rombongan dengan menyapanya satu persatu termasuk Sekretaris Dinas Sosial Kotabaru Aris Munandar dan Kabid Rehabilitasi Sosial Andi Khusnul Yakin.

Begitu juga terhadap tiga orang lainnya yakni Sakerani sewaktu menangani Isra menjabat Kasi Rehabilitasi Sosial, Yusuf Irsandi selaku penyuluh sosial dan Muhammad Khomaini selaku pekerja sosial yang ketiganya mengawal perjuangan sang klien untuk sembuh sejak awal.

Isra diketahui pernah menjadi klien Bidang Rehabilitasi Sosial pada Dinas Sosial Kabupaten Kotabaru.

Pada tahun 2008, dia dibantu Dinas Sosial Kotabaru dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr HM Ansari Saleh Banjarmasin untuk mendapatkan perawatan jiwa setelah didiagnosis sebagai orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).

Psikiater rumah sakit mendiagnosid Isra mengidap gangguan skizoafektif, penyakit mental ketika seseorang mengalami gabungan gejala skizofrenia seperti halusinasi atau delusi, juga gejala gangguan suasana hati seperti depresi.

Nurviza mengaku rindu dengan Isra yang sudah dianggapnya anak sendiri, apalagi mendengar kabar jika mantan kliennya itu hamil setelah menikah pada Januari 2023 dengan pemuda kampung yang kini menjadi tempatnya menetap di tepian Sungai Martapura.

Ketika bersama Nurviza, Isra tampak begitu bahagia dan banyak bercerita untuk mencurahkan segala isi hatinya.

Termasuk soal dia baru saja mengalami keguguran dan begitu sedih atas apa yang terjadi tersebut sehingga tertunda untuk mendapatkan buah hati yang sangat diimpikan bersama suami.

Bahkan, diduga akibat keguguran itu pula, Isra sempat depresi dan gangguan jiwanya kambuh sehingga harus menjalani perawatan selama 27 hari di RSJ Sambang Lihum, rumah sakit yang kini khusus melayani pasien mengidap gangguan jiwa milik Pemerintah Provinsi Kalsel yang terletak di Jalan Gubernur Syarkawi Km 3,9 Gambut, Kabupaten Banjar.

Dalam pertemuan itu, Nurviza lebih banyak memberikan nasihat dan penguatan agar Isra menjadi pribadi lebih baik dalam menjalani kehidupan.

Apalagi setelah menikah, Isra diingatkan agar taat kepada suami yang menjadi pintu seorang wanita menuju surga Allah Swt.

Rutin minum obat sesuai anjuran dokter juga menjadi hal yang terus ditekankan Nurviza agar Isra bisa benar-benar sembuh dan pada akhirnya nanti tidak lagi bergantung pada obat-obatan untuk penyakit jiwa.

Sentuhan hati yang tulus ditunjukkan Nurviza dan timnya demi kesembuhan ODGJ seperti Isra yang telah melewati jalan panjang dalam proses pendampingan Dinas Sosial selama menjalani perawatan hingga kini telah hidup normal membina rumah tangga.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Kotabaru Nurviza dan timnya saat mengunjungi kediaman Suhaimi dan Isra Fitriana. ANTARA/Firman



22 kali ke RS

Isra Fitriana lahir di Kotabaru, 23 Agustus 1979, merupakan anak bungsu dari lima bersaudara.

Pada usia sekolah, tepatnya duduk di bangku SMA ketika kedua orang tuanya meninggal, dia ikut tinggal dengan saudaranya.

Pada suatu hari, dia pernah mendapatkan kekerasan fisik yang mengakibatkan kesehatannya terganggu hingga berujung pada gangguan jiwa.

Pihak keluarga meminta bantuan Dinas Sosial Kotabaru dan akhirnya dibawa ke rumah sakit jiwa di Banjarmasin untuk perawatan.

Jarak yang ditempuh pun cukup jauh, mencapai lebih kurang 300 kilometer dengan durasi perjalanan darat sekitar 7 jam ditambah perjalanan laut menumpangi kapal feri  penyeberangan dari Pulau Laut Ibu Kota Kabupaten Kotabaru menuju daratan Pulau Kalimantan di Kabupaten Tanah Bumbu hingga terus ke Banjarmasin.

Sewaktu menangani Isra, petugas Dinas Sosial Kotabaru secara total sudah 22 kali membawa sang klien dirujuk ke RSJ Sambang Lihum.

Hal itu karena tidak adanya dukungan fasilitas kesehatan yang khusus menangani pasien dengan gangguan jiwa di Kotabaru kala itu.

Kemudian dalam beberapa tahun terakhir baru ada dokter spesialis kesehatan jiwa di Kabupaten Tanah Bumbu sehingga untuk rawat jalan, petugas Dinas Sosial Kotabaru cukup membawa Isra ke kabupaten tetangga itu.

"Jadi setiap bulan kami mengambil obat untuk Saudari Isra di Tanah Bumbu, namun jika rujukan dokter harus rawat inap maka tetap dibawa ke Banjarmasin," kata Sakerani mengenang perjuangan Dinas Sosial untuk kesembuhan Isra.

Penanganan terhadap Isra memang penuh perjuangan bagi petugas Dinas Sosial yang penuh dedikasi dan tanpa pamrih menjalankan tugasnya sebagai wujud negara hadir bagi masyarakat yang membutuhkan pertolongan.

Langkah konkret ini sejalan dengan visi Pemerintahan Kabupaten Kotabaru di bawah kepemimpinan Bupati Kotabaru H. Sayed Jafar Alaydrus, yakni terwujudnya masyarakat yang semakin mandiri dan sejahtera dan penjabaran salah satu misinya meningkatkan kualitas masyarakat yang religius, lebih sehat, cerdas dan kreatif, serta terampil.

Sempat beberapa kali dinyatakan sembuh dan hidup normal, namun berulang kali pula Isra terpaksa dibawa kembali ke rumah sakit untuk menjalani perawatan.

Bahkan Dinas Sosial beberapa tahun sempat menampung Isra untuk tinggal di Rumah Singgah di Kotabaru termasuk mempekerjakannya agar memiliki kegiatan dan mempunyai penghasilan sendiri.
 
Sekretaris Dinas Sosial Kotabaru Aris Munandar bersama Suhaimi dan Isra Fitriana di lokasi peternakan bebek petelur milik pasangan eks ODGJ itu. (ANTARA/Firman)



Menikah dan hidup bahagia

Kalau sudah jodoh tak akan ke mana dan Tuhan yang bekerja untuk mempertemukan.

Kalimat ini mungkin cocok menggambarkan perjalanan hubungan Isra dan suaminya Suhaimi (32).

Keduanya dipertemukan di Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Mental (BRSPDM) "Budi Luhur" Banjarbaru milik Balai Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI ketika sama-sama mengikuti pelatihan keterampilan selama 6 bulan.

Isra mendapatkan pelatihan tata boga, sedangkan Suhaimi yang juga eks ODGJ mengikuti pelatihan bidang peternakan.

Kisah asmara mereka di balai sempat terputus lantaran tak lagi bertemu setelah keduanya harus berpisah pascapelatihan berakhir.

Namun belakangan, Dinas Sosial Kotabaru mendapatkan informasi dari Balai Budi Luhur jika Suhaimi melalui keluarganya mencari keberadaan Isra dan bermaksud ingin memperistri sang pujaan hati.

Mendengar kabar tersebut, petugas Dinas Sosial langsung bergerak cepat melakukan pertemuan dengan keluarga Suhaimi yang difasilitasi oleh Kepala Desa Sungai Rangas Ulu Zainal Aqli di kantor desa setempat.

Gayung pun bersambut. Isra yang juga jatuh hati kepada Suhaimi bersedia dinikahi hingga akhirnya Dinas Sosial-- dibantu aparatur desa-- melakukan proses perjodohan dan keduanya menikah pada Januari 2023.

Resepsi pernikahan pun digelar sederhana namun penuh makna dengan kehadiran jajaran Dinas Sosial Kotabaru yang juga memberikan bantuan dana hasil patungan dari para pegawai.

Kini keduanya hidup bahagia tinggal di rumah orang tua Suhaimi pasangan Abu Bakar dan Norani.

Dalam kesehariannya, Suhaimi ikut menggarap ladang pertanian milik orang tuanya serta menggeluti usaha ternak bebek petelur hasil bantuan program keterampilan dan modal usaha dari Balai Budi Luhur.

Suhaimi sendiri sempat dinyatakan ODGJ lantaran kerap mengurung diri di rumah dan juga bertingkah aneh seperti mengamuk tanpa alasan yang jelas.

Hingga saat ini, dia pun masih rutin minum obat yang diambil setiap bulan di RSJ Sambang Lihum.

Suhaimi menceritakan gangguan jiwa yang dialaminya berawal dari benturan benda keras di kepala sewaktu berumur sekitar 14 tahun.

"Kepala saya sobek tertimpa kayu saat ingin mengambil buah kasturi bersama teman-teman," katanya mengungkapkan.

Sejak saat itu, dia lebih banyak di rumah tanpa bersosialisasi lantaran punya halusinasi setiap orang yang ditemui dirasa mengejeknya.

Namun sekarang kondisinya sudah jauh lebih baik dan mulai hidup normal dengan keluar rumah untuk bekerja dan bersosialisasi dengan teman-teman sebaya dan masyarakat.

Suhaimi bertekad untuk sembuh meski harus minum obat setiap hari dan sepanjang hidupnya.

Betapa sentuhan hati petugas Dinas Sosial Kabupaten Kotabaru dan perawat di rumah sakit ikut mengembalikan kepercayaan diri untuk kembali hidup normal.

Perjuangan pasangan suami istri Suhaimi dan Isra menuju sembuh memang panjang. Namun, kesabaran keduanya kini membuka jalan terang menuju masa depan.







 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023