Jakarta (ANTARA News) -  Tasripin (13) dan ketiga adiknya Kamis siang "berkunjung" ke kantor Menteri Agama Suryadharma Ali.

Tasripin yang mengenakan sandal jepit dan berbaju batik lusuh bersama ketiga adiknya diterima Suryadharma Ali di ruang tamu.

Tasripin,: Dandi (7), Riyanti (6), dan Daryo terlihat malu ketika ditemui Menteri Agama Suryadharma Ali.

Daryo, adiknya yang paling kecil lebih banyak menyembunyikan muka ke kursi. Sesekali ia memukul kakaknya, Riyanti dan Dandi.

Ketiga adik Tasripin terlihat gembira meski sulit diajak berkomunikasi dengan Suryadharma Ali.

Empat bocah itu didampingi ayah mereka Kaswito dan Inda Yatul pelajar dari sekolah Pendidikan Layanan Khusus (PLK), Batu Raden Barat, Desa Ketengger, Banyumas.

Suryadharma Ali menanyakan kepada Tasripin tentang cita-citanya ke depan setelah berbagai pihak menaruh perhatian besar terhadap kesulitan yang dialaminya.

Tasripin hanya mengatakan ingin menjadi guru, karena bisa memberikan pelajaran kepada orang lain.

Ketika disampaikan oleh Menteri bahwa ia harus sekolah dan tinggal di asrama, Tasripin terlihat bingung.

Ia mengatakan, ingin sekolah tetapi tidak ingin meninggalkan kampung halamannya.Menteri lantas berpesan kepadanya agar mendahulukan sekolah.

"Mencari duit belakangan," kata Menteri Agama.

"Sekolah dulu kalau mau pintar, sekolah dulu jika ingin dapat bekerjaan bagus," kata Suryadharma Ali.

Tasripin menjadi pemberitaan setelah kehidupan prihatin dia dan adik-adinya diangkat media dan ramai di jejaring sosial.

Di ruang tamu menteri juga hadir Muhammad Adib dari Peguyuban Lembaga Masyarakat Desa Hutan Jawa Tengah.

Adib menjelaskan keadaan warga di kawasan desa Tasripin, yaitu Dusun Pesawahan, Desa Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Jateng.

Menurut Adib, di desa itu ada 97 kepala keluarga (KK) atau 317 jiwa dengan 26 anak tak sekolah.

Nasib Tasripin diketahui banyak orang setelah Inda Yatul yang sedang menyusun karya tulis. Yatul menginventarisasi data warga miskin, paling miskin dan orang kaya di kawasan itu.

Dari hasil laporan karya tulis itulah diketahui Tasripin sedang menghadapi persoalan kesulitan hidup lantaran ditinggal orangtuanya bekerja ke Ketapang. Sedangkan ibunya Sutinah, menurut Pupito, wafat setahun lalu.

Pewarta: Edy Supriatna Sjafei
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013