Liverpool (ANTARA News) - Pertandingan sesama tim asal Merseyside akan makin berpengaruh penting pada akhir pekan ini, ketika Everton bertandang ke Anfield untuk memburu posisi akhir peringkat kelima di atas pesaing abadi mereka Liverpool untuk dua musim berturut-turut di kompetisi kasta tertinggi untuk pertama kalinya sejak 1937.

Kemenangan pada Minggu akan memastikan pasukan David Moyes tidak dapat dilampaui oleh Liverpool, meski kemenangan itu sendiri akan menjadi suatu pencapaian ketika mereka tidak pernah unggul dari tim merah kota itu dengan selisih tiga angka selama 14 tahun, lapor Reuters.

Setelah musim lalu menghuni peringkat ketujuh sedangkan Liverpool berada di peringkat kedelapan, Everton akan menggaransi setidaknya peringkat keenam jika mereka mampu meraih kemenangan.

Tapi mereka masih berpeluang gagal mengamankan tempat Eropa, meski mereka masih berpeluang meraih peringkat kelima, dan memasuki Liga Europa, dan bahkan meski masih berpeluang meraih posisi empat besar untuk mendapat tiket Liga Champions.

"Kami akan pergi ke sana dengan kepercayaan diri penuh, bahwa kami bisa mendapatkannya (tiket kompetisi Eropa) tahun ini," kata gelandang Everton Leon Osman kepada Liverpool Echo.

"Kami berada lima angka di atas mereka saat ini dan kemenangan tentu akan menjadi hal hebat bagi kami. Namun kami masih tetap membuntuti tim-tim di atas kami dan kami berusaha untuk menang demi alasan itu."

Ketika pertarungan tiket Eropa menjadi fokus utama, bagi banyak penggemar Everton peluang untuk mendapat peringkat yang lebih baik dari rival sekota secara berturut-turut terasa sebagai prospek yang lebih lezat.

Faktanya sudah lama, meski Everton lima kali memenangi liga selama periode tersebut, perolehan nilai merupakan hal yang tidak konsisten, digambarkan dengan sempurna ketika mereka meraih peringkat ke-14 pada 1971 setelah pada musim sebelumnya menjadi juara liga.

Terdapat masa selama beberapa tahun ketika kedua klub tidak bermain di divisi yang sama yang tidak diperhitungkan, namun masih ada periode panjang di mana Liverpool dapat mengklaim bahwa kubu mereka lebih unggul.

Setelah menjadi kekuatan dominan di sepak bola Inggris pada akhir 1970-an dan 1980-an, Liverpool beberapa kali memperlihatkan kekuatan mereka terhadap tetangganya.

Bahkan meski Everton menjuarai liga pada 1985 dan 1987 - di mana Liverpool pada kedua kesempatan itu menduduki peringkat kedua - Liverpool sempat meraih kejayaan di tengah-tengahnya, dengan menggenapi gelar ganda pada 1986 dengan mengalahkan "runner-up" liga Everton di final Piala FA.

Namun ketika Liverpool beberapa kali meraih gelar juara secara beruntun selama beberapa dekade, Everton tidak pernah menjadi tim yang mampu meraih gelar ganda saat mereka sembilan kali menjuarai Liga Inggris.


Panggung Besar

Oleh sebab itu mungkin sebaiknya diberitahukan bahwa ketika mereka berniat mengakhiri penantian 76 tahunnya, mereka saat ini dilatih oleh pelatih yang cara mengucapkan namanya dengan cara yang sama ketika konsistensi kerap menjadi serupa dengan ketabahan dan terkadang membosankan.

Moyes telah menduduki kursi panas Goodison Park sejak 2002, yang membuat ia menjadi pelatih terlama peringkat ketiga di Liga Utama Inggris di bawah pelatih Manchester United Alex Ferguson dan pelatih Arsenal Arsene Wenger.

Pria Skotlandia ini, yang kontraknya habis pada musim panas ini, telah mendapat pujian atas kemampuannya membangun tim yang kompetitif dengan dana terbatas dan pada akhir musim ini ia telah selama tujuh musim berturut-turut membawa Everton mengakhiri musim dengan menghuni peringkat paruh teratas dan yang kesembilan kalinya secara keseluruhan.

Poin-poin kritik ditujukan kepada minimnya pencapaian gelar yang diakibatkan masalah ketidakstabilan, dengan kekalahan pada final Piala FA 2009 menjadi peluang terdekat mereka untuk meraih gelar, dan minimnya sensasi.

Ketika mereka menikmati saat-saat menjadi tim hantu bagi tim-tim yang lebih besar, dengan bermain imbang 4-4 dan 3-3 saat melawan Manchester United dan dua kemenangan di liga atas mereka dalam empat musim terakhir, beberapa momen di panggung besar kustru kurang menginspirasi.

Di final Piala FA melawan Chelsea empat tahun silam, mereka tampil baik untuk unggul pada babak pertama sebelum kemudian harus takluk 1-2, sedangkan pada semifinal melawan Manchester United mereka lolos berkat adu penalti setelah bermain imbang 0-0 untuk kemudian kalah dari Liverpool pada tahun lalu.

Pemain-pemain seperti Marouane Fellaini dan Steven Pienaar telah menambah kualitas dalam tim, namun terdapat perasaan bahwa Everton tidak mampu memenuhi janji mereka ketika itu diperhitungkan - tahun ini kekalahan 0-3 di kandang sendiri dari Wigan Athletic pada perempat final Piala FA menjadi buktinya.

Mereka melakukan perjalanan pendek ke Anfield saat pertahanan mereka memperlihatkan penampilan terbaik, mampu tidak kemasukan sama sekali dalam tujuh pertandingan, yang merupakan bentuk ideal untuk menghadapi Liverpool yang menang 6-0 atas Newcastle United akhir pekan silam.

Liverpool, yang tidak diperkuat pencetak gol terbanyak mereka Luis Suarez yang mendapat skorsing sepuluh pertandingan karena menggigit pemain Chelsea Branislav Ivanovic, memperlihatkan mereka dapat mencetak gol dari tempat lain untuk mengatasi absennya dan akan termotivasi untuk mendekatkan jarak dengan Everton.

"Kami masih memiliki peluang untuk menangkap Everton dan itulah target kami," kata Lucas, yang timnya menduduki peringkat ketujuh dengan 54 angka dan tiga pertandingan untuk dimainkan, kepada Echo.

"Kami tahu kami harus memenangi ini jika kami ingin finis di posisi yang lebih tinggi daripada (posisi) kami sekarang." (RF/I015)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013