Jakarta (ANTARA) - KBRI Berlin bersama Muhammadiyah, Wahid Foundation dan Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) mengelar forum dialog bagi masyarakat dan diaspora Indonesia di Berlin dan sekitarnya pada Selasa (12/9).

Dialog tersebut dipimpin Duta Besar RI untuk Republik Federal Jerman, Arif Havas Oegroseno, dan dihadiri Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti, pendiri Wahid Foundation Yenny Wahid serta Ketua CCDC, Din Syamsuddin.

Ketiga tokoh tersebut berada di Berlin dalam rangka konferensi “The Audacity of Peace: International Meeting for Peace – Religions and Cultures in Dialogue” dan diundang untuk memberikan perspektif Indonesia dalam pembahasan isu-isu perdamaian dan kerukunan beragama.

Dubes Arif Havas Oegroseno dalam forum dialog yang digelar KBRI Berlin berpesan agar masyarakat dan diaspora Indonesia, baik di wilayah Jerman maupun di belahan dunia lainnya, tetap berperan aktif menjaga persatuan dan kerukunan di Indonesia sesuai dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Dialog, yang dihadiri 100 orang perwakilan dari berbagai kelompok masyarakat dan diaspora Indonesia di Berlin, itu membahas isu-isu terkait kebhinnekaan dan kerukunan masyarakat di Indonesia, menurut keterangan tertulis KBRI Berlin pada Rabu.

Indonesia yang memiliki lebih dari 300 suku bangsa dan sekitar 700 bahasa daerah serta mengakui enam agama dan memiliki berbagai kelompok kepercayaan, namun tetap bersatu selama 78 tahun sejak merdeka, merupakan contoh yang sangat baik bagi masyarakat dunia, kata Dubes Havas.

Dalam kegiatan tersebut, para warga Indonesia di Jerman diingatkan untuk ikut berperan aktif menjaga kerukunan di Indonesia dan tidak terpancing isu-isu yang dapat memecah belah persatuan.

Dalam diskusi di KBRI Berlin para narasumber itu berbagi pengalaman, pandangan dan harapan terkait dengan kerukunan dan perdamaian di Indonesia.

Konferensi bertema "The Audacity of Peace: International Meeting for Peace – Religions and Cultures in Dialogue" diselenggarakan oleh Komunitas Sant'Egidio, yakni komunitas Kristen yang dibentuk pada 1968 di Roma, Italia dan kini tersebar di 70 negara.

Konferensi yang berlangsung pada 10-12 September di berbagai lokasi di Berlin, Jerman itu membahas berbagai topik, seperti krisis kemanusiaan global, tantangan demokrasi, hak-hak anak serta peran agama dalam konflik dan perdamaian.

Pada tahun ini kondisi global ditandai dengan peperangan di Eropa, konflik bersenjata di berbagai belahan dunia, peningkatan kesenjangan ekonomi dan kemiskinan serta krisis lingkungan hidup yang masih diwarnai upaya pemulihan pascapandemi COVID-19.

Oleh karena itu, konferensi tersebut bertujuan untuk menghimpun tokoh-tokoh dunia dari berbagai agama dan budaya untuk mendorong kerukunan, perdamaian dan solidaritas di masyarakat.

Konferensi ditutup di Brandenburg Gate Berlin pada Rabu (13/9) waktu setempat dan para pemuka serta tokoh agama menyerukan kerja sama dan dialog untuk membangun rasa saling pengertian dan solidaritas dalam menghadapi berbagai tantangan global, tulisnya. Tahun ini merupakan konferensi ke-37 dan pada 2024 konferensi tersebut akan diselenggarakan di Paris, Prancis.

Baca juga: Wapres ajak pemuka lintas agama bangun koalisi perdamaian global

Baca juga: Quraish Shihab: hormati perbedaan dan kembangkan perdamaian

Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023