Surabaya (ANTARA) - Universitas Negeri Surabaya (Unesa) memberikan gelar Profesor honoris causa (H.C.) kepada Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Prof. (H.C.) Dr. (H.C.) Abdul Halim Iskandar, di Graha Unesa, Sabtu.

"Baru kali ini memberi penghargaan dan penghormatan kepada Gus Halim," kata Rektor Unesa Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes., saat sesi konferensi pers seusai acara.

Nurhasan menyebutkan pemberian gelar itu karena Mendes PDTT merupakan sosok yang memiliki dedikasi dan ide pada sosiolinguistik terhadap pembangunan desa berkelanjutan dan pemberdayaan masyarakat desa.

Menurut dia pihaknya memberikan gelar tersebut sebagai bentuk apresiasi pada inovasi kepada Gus Halim.

"Ini adalah apresiasi para sivitas akademika kami, melalui diskusi untuk memberikan penghargaan penghormatan atas dedikasi luar biasa beliau dengan ide briliannya," ujarnya.

Baca juga: Mendes PDTT resmikan program RPL Desa di Unesa

Baca juga: Mendes PDTT ajak mahasiswa berperan aktif percepat pembangunan desa


Nurhasan juga menyebut Gus Halim menggagas program "Rekognisi Pembelajaran Lampau" (RPL) Desa sebagai upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di wilayah pedesaan.

Lebih lanjut, RPL pada tahap pertama sudah berjalan di wilayah Bojonegoro dan sudah rampung masa studinya. Sedangkan saat ini program itu berjalan di Magetan.

Dia pun menyatakan bahwa inovasi dari Gus Halim dalam upaya pengembangan desa memunculkan kepercayaan dari masyarakat, karena dampak kerja yang sudah dijalankan.

"Jadi kepercayaan itu yang penting bahwa ketika diberi kesempatan kami bisa membantu kesejahteraan rakyat desa," ujarnya.

Sementara, Mendes PDTT Prof. (H.C.) Dr. (H.C.) Abdul Halim Iskandar menyampaikan orasi ilmiah berjudul "Bahasa Sebagai Media Komunikasi Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Desa : Kajian Entopragmakritis".

Melalui kajian itu, Gus Halim menyatakan bahasa memiliki peran penting dalam upaya pembangunan kualitas SDM dan ekonomi masyarakat pedesaan.

"Kalau tidak begitu, maka tidak akan bisa penyampaian pesan yang bisa di cerna dengan baik untuk capaian tujuan pembangunan," ujarnya.

Penerapan bahasa pada bentuk komunikasi untuk menyosialisasikan program juga melihat pada budaya yang ada di suatu daerah.

"Ini yang selalu disampaikan Pak Presiden, semua hal akan mudah diselesaikan dengan komunikasi yang bagus, salah satu komunikasi yang bagus dengan penggunaan rancangan dan penggunaan konsep yang bisa diterima masyarakat," ucap Gus Halim.

Mendes PDTT menambahkan pola sosialisasi dengan bahasa juga harus mengedepankan sopan santun saat penerapannya.

"Makanya saya angkat teori-teori kesantunan bahasa, teori yang mengatakan bahasa itu tidak bebas nilai. Kami berbicara sesuai kondisi budaya dan cara penyampaian juga berbeda-beda," katanya.

Di sisi lain, dia menyatakan penggunaan bahasa daerah dalam upaya pembangunan desa untuk menjaga keberagaman yang sudah ada.

"Bahasa itu sangatlah penting terhadap khazanah kekayaan kami, kebhinnekaan kami sehingga tidak tereliminasi dan tidak tergerus," tuturnya.

Baca juga: Unesa pecahkan MURI kolaborasi dengan Bumdes dan Bumdesma terbanyak


 

Pewarta: Abdul Hakim/Ananto Pradana
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023