Jakarta (ANTARA) -
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengapresiasi keripik tempe benguk (tempe hasil fermentasi biji koro benguk khas Kulon Progo) hasil olahan Kelompok Difabel Kalurahan Kaliagung Santika 1, Kulon Progo, Yogyakarta.  
 
“Saya menemukan sesuatu yang istimewa sekali, namanya 'mucuna chips', produk dari Kalurahan Kaliagung, Kecamatan Sentolo, Kulon Progo, produk dari adik-adik kita, teman-teman difabel. Ini luar biasa,” kata Hasto dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa.  
 
Hasto mengapresiasi produk tersebut karena rasanya enak dan renyah, dengan hasil olahan yang tepat sehingga bisa menghasilkan keripik yang kaya rasa.
 
“Rasanya khas sekali, dan membuat kita mau lagi, lagi, dan lagi, itulah mucuna chips yang luar biasa. Benguk itu kalau enggak pintar masaknya, rasanya bisa keras, bisa agak langu (berbau tidak enak), dan enggak enak, tapi keripik ini lain, rasanya enak dan renyah,” ucapnya.
 
Ia mengaku sebelumnya tidak menyangka jika bahan utama keripik tersebut adalah benguk, dan dalam rangka membantu teman-teman difabel, Hasto mengajak konsumen untuk turut serta membeli produk oleh-oleh dari Sentolo tersebut.
 
“Semoga produk ini sukses dan membawa anak-anak kita, juga warga yang difabel menjadi produktif dan tidak kalah dengan masyarakat pada umumnya, terima kasih dan sukses untuk mucuna chips dan difabel Kalurahan Kaliagung,” pesan dia.
 
Menurut Hasto, pengembangan sektor produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) kini digencarkan pemerintah untuk mendongkrak ekonomi nasional. Menjamurnya UMKM khususnya di bidang makanan, menuntut para pelaku usaha untuk memiliki kreativitas menciptakan produk pangan yang unik dan berbeda dari yang lain.
 
"Selain mengkreasikan soal rasa, produk yang dihasilkan dari bahan lokal berpotensi menyedot perhatian konsumen, semangat kepada teman-teman difabel, semoga tetap produktif dalam meraih kesetaraan, tanpa terhalang keterbatasan," tuturnya.
 
Untuk diketahui, keripik hasil olahan teman-teman difabel ini juga berkolaborasi dengan Puskesmas Sentolo, sehingga tak kelompok difabel ini juga kerap mendapatkan agenda skrining kesehatan sebagai bentuk kepedulian terhadap para anggotanya.
 
"Dengan berkolaborasi dengan Puskesmas Sentolo, dilakukan cek kesehatan dasar seperti cek tekanan darah, timbang berat badan, dan tinggi badan untuk semua anggotanya," demikian Hasto Wardoyo.

Baca juga: Kepala BKKBN minta penganggaran stunting daerah berdaya ungkit tinggi

Baca juga: BKKBN: Penganggaran stunting di daerah harus transparan dan jelas

Baca juga: Kepala BKKBN: Pembangunan jiwa jadi fokus bangun keluarga 2024

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023