Surabaya (ANTARA) - Nongkrong atau menongkrong merupakan bahasa pergaulan anak muda zaman sekarang. Dalam Bahasa Indonesia, nongkrong hampir sama artinya dengan berjongkok, duduk atau bersandar pada suatu tempat.

Istilah nongkrong dipakai keti­ka sekumpulan anak muda mau­pun dewasa melakukan kegiatan di suatu tempat untuk duduk, berbicara bahkan terkadang tidak melakukan hal apapun. Umumnya, kegiatan ini dilakukan di warung kopi (warkop) hingga kafe-kafe yang kian banyak bermunculan sekarang.

Fenomena pelajar nongkrong sambil merokok di warkop sudah membudaya hampir terjadi di semua daerah di Indonesia. Bahkan saking asyiknya nongkrong, mereka tidak sadar masih mengenakan seragam sekolah. Tentu saja pemandangan ini mengandung keprihatinan masyarakat.

Pada umumnya, para pelajar itu selepas kegiatan belajar di sekolah tidak langsung pulang ke rumah. Mereka memilih nongkrong di warkop, kafe atau tempat lain yang berada di pinggir jalan. Selain menunjukkan eksistensinya, mereka juga bergaya layaknya orang dewasa dengan cara mengisap rokok sambil ngobrol di tempat umum.

Pelajar nongkrong seperti ini sudah hal biasa atau umum terjadi di kota, bahkan ada juga di desa. Jika ada pelajar yang tidak nongkrong maka dikatakan kuno atau kuper (kurang perhatian).

Namun, ada yang lebih parah dari itu, yakni pelajar yang nongkrong di warkop atau tempat umum lainnya pada saat jam-jam pelajaran berlangsung. Mereka ini yang masih mengenakan seragam sengaja bolos sekolah.

Bolos sekolah merupakan salah satu bentuk kenakalan remaja yang kadang dilakukan oleh pelajar SD, SMP dan SMA sederajat. Meski jumlahnya tidak banyak, namun perilaku membolos sekolah tetap tidak baik.

Ada berbagai alasan anak bolos sekolah, di antaranya rendahnya motivasi belajar atau malas belajar, bosan di kelas, ajakan teman, terpengaruh kenakalan seperti merokok yang tidak mungkin dilakukan di kelas/sekolah, masalah keluarga atau kurangnya perhatian dari orang tua. Orang tua seperti ini biasanya hanya menyerahkan anaknya kepada sekolah tanpa ikut ambil peran di dalamnya.

Bisa juga disebabkan oleh faktor kurikulum atau guru atau beban sekolah yang dirasa berat, seperti materi pelajaran sulit, banyak pekerjaan rumah (PR), gurunya galak, ada masalah dengan teman dan sebagainya.

Budaya nongkrong yang meresahkan masyarakat seperti membuat aparat Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) di daerah-daerah bertindak dengan menggelar penertiban pelajar di warkop maupun tempat umum lainnya pada jam-jam belajar.

Seperti penertiban pelajar bolos sekolah di Kota Surabaya, Jawa Timur. Petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) setempat berhasil menjaring belasan pelajar SMA sederajat berseragam sekolah yang tengah nongkrong sambil main kartu di kawasan Jalan Pucang Jajar, Kertajaya, Gubeng, Surabaya pada Selasa (19/9/2023).
Petugas Satpol PP mendata pelajar sekolah menengah atas yang pada jam sekolah kedapatan nongkrong di kawasan Jalan Pucang Jajar, Kertajaya, Gubeng, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (19/2023). (ANTARA/HO-Diskominfo Surabaya) (ANTARA-HO-Mataram-Antaranews/Catatanpendidikanondonesia.blogspotcom)


Bolos sekolah

Perilaku membolos sekolah yang sering dilakukan tentu akan membawa dampak bagi siswa itu sendiri. Jika sering dilakukan dan tidak segera diatasi, maka perilaku membolos ini akan menjadi kebiasaan yang bisa dibawa hingga dewasa.

Adapun dampak dari perilaku membolos sekolah di antaranya siswa akan mengalami kegagalan dalam pelajaran, mengalami marginalisasi atau perasaan tersisihkan oleh teman-temannya serta hilangnya rasa disiplin, ketaatan terhadap peraturan sekolah berkurang.

Bila perilaku membolos ini diteruskan, maka akan muncul sikap acuh tak acuh pada urusan sekolahnya. Kurangnya rasa disiplin pada siswa juga akan menghambat proses kegiatan belajar mengajar yang berlangsung.

Kemudian, seperti menganggap sekolah itu miliknya sendiri sehingga bebas untuk melakukan tindakan semaunya. Untuk itu, ketika ada pelajar yang membolos sekolah sebaiknya langsung ditegur agar tidak terus menerus membolos sekolah.

Apapun alasannya membolos sekolah tetap rugi. Tidak hanya ketinggalan pelajaran, namun ujungnya bisa-bisa tidak naik kelas. Banyak ilmu yang mestinya didapat pada hari itu, namun terlewatkan semua.


Mengatasi anak bolos

Dunia pendidikan mungkin tidak sepenuhnya dapat terhindar dari kenakalan remaja khususnya perilaku membolos di kalangan pelajar. Semua memahami bahwa masa remaja siswa adalah masa peralihan yang kritis.

Orang tidak sepenuhnya dapat mengendalikan dirinya dalam segala situasi. Namun, dengan mengetahui beberapa penyebab kenakalan siswa, kita dapat mengambil beberapa langkah penting untuk menghindari terjadinya perilaku atau tindakan membolos pada kalangan siswa.

Perilaku membolos ini sangat serius dan harus segera dilakukan penanganan yang serius pula supaya tidak menimbulkan dampak yang besar bagi siswa. Perhatian dari berbagai pihak, sekolah, orang tua, dan masyarakat sekitar, sangat dibutuhkan untuk mengatasi perilaku membolos ini.

Ada beberapa cara yang mungkin diharapkan bisa mengatasi anak yang sering bolos sekolah seperti halnya guru dan orang tua jika menemukan kasus siswa membolos, sebisa mungkin untuk menahan emosi dan lakukan pendekatan yang baik sehingga dapat tergali sebab siswa suka membolos dan kemudian dapat dicarikan jalan keluarnya bersama-sama.

Hendaknya guru mampu memandang masalah dari sudut pandang siswa dan tidak menganggap enteng masalah tersebut. Kemudian secara obyektif pelajar itu diajak berdiskusi dan berusaha mencari solusi dari masalah itu sehingga pelajar kembali dapat belajar dengan nyaman.

Sabar dan memaafkan kesalahan adalah hal yang baik, tetapi jika guru membiarkan saja pelajar membolos berulang kali, maka dampaknya akan sangat merugikan bagi pelajar.

Selain itu, guru harus mampu bersikap tegas dan menegakkan peraturan yang berlaku. Konsistensi dalam menerapkan peraturan akan membuat pelajar menyadari hal yang dilakukan adalah salah dan harus segera diperbaiki.

Guru juga harus pandai-pandai dalam menggali permasalahan pelajar sehingga dapat menemukan solusi yang tepat. Guru juga harus bisa membangun hubungan atau komunikasi yang baik dengan siswa untuk menghindarkan hal-hal yang tercela termasuk menyimpang seperti membolos sekolah.

Berikan pemahaman akan masa depan mereka agar dapat mewujudkan cita-cita di masa depan. Ini dapat menjadi senjata untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

Terakhir, bina hubungan yang baik dengan orang tua siswa. Orang tua adalah partner guru dalam mendidik siswa. Sangat baik jika guru selalu mengomunikasikan setiap perkembangan siswa dan juga permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa. Dengan begitu, segala peluang siswa untuk melampiaskan masalahnya ke jalan yang tidak benar dapat diantisipasi.

Pengawasan

Penertiban terhadap para pelajar sekolah di Kota Surabaya belum lama ini merupakan bentuk partisipasi publik. Masyarakat merasa resah dengan adanya pelajar bolos sekolah yang nongkrong di warkop. Masyarakat pun melaporkan kejadian tersebut ke aparat terkait.

Penertiban itu sekaligus juga sebagai antisipasi untuk mencegah tawuran antarremaja yang kerap terjadi di Surabaya.

Untuk itu, upaya ini diharapkan pula sebagai edukasi bagi pelajar agar mereka tahu jika masyarakat juga turut mengawasi setiap tindakan mereka.

Tidak hanya itu, pemilik warkop atau kafe juga diharapkan bisa memberikan edukasi kepada pelajar yang masih berseragam sekolah saat nongkrong di warkopnya. Ketika ada pelajar masih berseragam, agar jangan langsung dilayani, tapi diminta pulang dulu agar ganti seragam.

Konseling terhadap belasan pelajar yang terjaring tersebut juga perlu dilakukan oleh dinas terkait. Hal itu agar diketahui bagaimana kondisi setiap keluarga dari masing-masing pelajar yang bolos itu. Dikhawatirkan, dari pelajar yang bolos itu ada masalah keluarga.

Semoga dengan adanya kerja bersama antara aparat keamanan dengan masyarakat bisa menciptakan situasi dan kondisi kota yang kondusif. Tidak ada lagi anak-anak yang bolos sekolah di tempat-tempat umum.  Dampak dari semua itu adalah ketertiban dan keamanan terjaga.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2023