Makassar (ANTARA) - Wilayah Perum Bulog Kanwil Sulselbar (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) mencatat serapan gabah petani menurun drastis hingga 60 persen di 2023 ini.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bulog Sulselrabar, serapan gabah hingga September 2022 sebanyak 171.000 ton, sementara periode yang sama di tahun ini hanya 75.000 ton.

"Tahun lalu, kita bisa serap gabah kering giling 280.000 ton. Sampai saat ini, kita hanya bisa menyerap 75 ribu ton, per September tahun ini," kata Pemimpin Wilayah Perum Bulog Kanwil Sulselbar M Imron Rosidi di Makassar, Sabtu.

Bulog Sulselbar ditargetkan mampu melakukan menyerap gabah hasil pertanian hingga 300.000 ton di 2023. Target serupa pada tahun sebelumnya, namun target ini pun masih belum mampu dicapai, hanya 280.000 ton.

Baca juga: Bulog Lampung sebut ada potensi penyerapan 4 ribu ton panen gadu

Imron menjelaskan bahwa Bulog Sulselbar tidak bisa menyerap hasil pertanian masyarakat karena dibatasi Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Rp9.950/kg batas maksimal, sedangkan harga di pasaran telah mencapai Rp12.000/kg.

"Kalau di atas itu (HPP), kita tidak bisa beli. jadi dimana daerah yang lebih (produksi pertanian) itu akan didukung dari daerah luar," kata Imron.

Hanya saja, Imron memastikan bahwa terakhir kali pihaknya menyuplai beras untuk daerah lain pada Januari 2023 lalu. Sementara Bulog Sulselbar terakhir kali menyerap produksi pertanian pada awal Agustus, meski jumlahnya tidak banyak.

Menurut Imron, hasil pertanian Sulsel surplus berdasarkan kebutuhan, namun tidak demikian dengan daerah lain, sehingga hasil produksi pertanian dari Sulsel diserap oleh wilayah lain tersebut.

"Banyak pelaku usaha dari luar datang ke sini membeli beras di Sulsel. Itulah yang membuat harga mahal, karena ada tawar menawar," kata dia.

Baca juga: Bulog NTB sudah gelontorkan dana Rp614 miliar beli beras petani

Pewarta: Nur Suhra Wardyah
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023