Kalau kami berikan BLT terus berarti kami tidak mendidik mereka.
Surabaya (ANTARA) - Sebanyak 1.118 warga miskin di Kota Surabaya, Jawa Timur mendapatkan bantuan peralatan usaha dari Bantuan Langsung Tunai (BLT) atas penyaluran Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau (DBHCT).

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dalam keterangannya di Surabaya, Jumat, mengatakan BLT dari DBHCT sebelumnya disalurkan kepada buruh pabrik rokok sebanyak 3.745 warga.

"Kini, penyaluran BLT itu kepada keluarga miskin Surabaya," katanya pula.

Eri memastikan pada tahun 2023 ini, Pemkot Surabaya menerima DBHCT dari pemerintah pusat sekitar Rp15 miliar. Dana itu disalurkan melalui BLT dan juga Bantuan Peralatan Usaha.

"Jadi ada yang kami gunakan BLT, ada yang kami gunakan untuk modal usaha atau bantuan peralatan usaha. Sebenarnya kan bantuan dari Kemensos itu bentuknya bisa BLT, PKH (Program Keluarga Harapan), modal usaha dan alat. Jadi sama kami juga bentuk bantuannya seperti itu," ujarnya lagi.

Ia menegaskan, BLT dan bantuan modal atau peralatan usaha ini diberikan kepada warga miskin Surabaya yang tidak mendapatkan bantuan dari Kemensos, sehingga yang belum tersentuh itu diberikan bantuan dari DBHCT ini. Namun, ia tidak ingin yang menerima BLT ini hanya selalu berharap BLT.

"Kami data dan berikan bantuan modal, ada yang melalui program padat karya dan ada pula yang diberikan modal usaha, sehingga kami sesuaikan dengan keinginan mereka. Makanya saat penyaluran BLT DBHCT di Gedung Barunawati, Kamis (10/5) kemarin, ada yang minta jualan kopi keliling, ada yang minta dibuatkan toko kelontong dan sebagainya," kata dia.

Setelah diberikan bantuan modal atau peralatan usaha, mereka tidak lantas ditinggal, tapi dilatih dan didampingi serta dipantau terus- menerus sampai dia keluar dari garis kemiskinan.

"Kalau kami berikan BLT terus berarti kami tidak mendidik mereka, dan mereka tidak akan pernah mengubah dirinya, makanya kami pantau terus," ujarnya.

Menurut dia, pemberian bantuan sarana usaha itu diberikan sebagaimana prinsip dan komitmen pemkot dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebabnya, DBHCT ini tidak hanya diberikan pemkot kepada masyarakat melalui BLT, tapi juga sarana usaha.

"Karena kami pemerintah kota berprinsip dari dulu, tidak semuanya menerima BLT saja. Tapi bagaimana mereka bisa berusaha meningkatkan kehidupan warga itu apakah dengan modal usaha atau bantuan seperti mesin jahit dan lain-lain," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya Anna Fajriatin menjelaskan bahwa selain warga miskin, sasaran penerima bantuan dari DBHCT adalah buruh pabrik rokok. Pada intinya, bantuan DBHCT ini difokuskan pemkot untuk mengentas kemiskinan.

"Jadi selain untuk buruh pabrik rokok, juga diberikan kepada masyarakat miskin. Bentuk bantuan bisa berupa BLT dan bisa berupa peralatan atau modal usaha, sesuai Permenkeu (Peraturan Menteri Keuangan) ada dua jenis itu," kata Anna Fajriatin.

Khusus untuk bantuan BLT, sebelumnya sudah disalurkan kepada buruh pabrik rokok sebanyak 3.745 orang. Selanjutnya, pada hari ini pemkot menyalurkan BLT kepada keluarga miskin sebanyak 11.735 orang. "Jadi, total ada 15 ribu lebih warga penerima bantuan berupa BLT DBHCT," kata dia pula.

Sedangkan khusus bantuan peralatan usaha, tahun 2023 ini ada sebanyak 826 usaha yang dibantu dari DBHCT. Sebanyak 826 usaha itu terdiri dari 13 jenis usaha yang bermacam-macam sesuai permintaan mereka, ada jahit, warung kopi, toko kelontong, cuci kendaraan, cuci AC, dan berbagai jenis usaha lainnya.

"Jadi, berdasarkan tagging yang bersedia melakukan usaha sebanyak 1.118 warga. Nah, yang dibantu melalui DBHCT sebanyak 826 usaha, lalu dibantu Bangga Surabaya Peduli dan Baznas Surabaya sebanyak 111, dan selebihnya sebanyak 181 kami usulkan ke Kemensos," ujarnya lagi.
Baca juga: Entaskan warga miskin, Wali Kota Surabaya gandeng Masjid Al Falah
Baca juga: Masyarakat berpenghasilan rendah di Surabaya capai 1.085.588 jiwa

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023