Untuk diketahui pengemasan atau packaging merupakan bagian dari standar keamanan pangan yang berlaku di dunia, maka dari itu pengemasan harus juga diperhatikan oleh IKM dalam negeri
Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian Reni Yanita menyatakan, pengemasan menjadi indikator kesuksesan produk industri pangan berupa makanan dan minuman dalam negeri dapat terserap di pasar global.

Menurut Reni, selain meningkatkan nilai estetika produk, pengemasan yang baik juga menjamin tingkat kebersihannya sehingga melegitimasi produk makanan dan minuman Industri Kecil Menengah (IKM) aman untuk dikonsumsi.

"Untuk diketahui pengemasan atau packaging merupakan bagian dari standar keamanan pangan yang berlaku di dunia, maka dari itu pengemasan harus juga diperhatikan oleh IKM dalam negeri,” kata Reni, saat konferensi pers pameran Allpack dan Allprint Indonesia Expo 2023 di Jakarta, Jumat.

Reni menjelaskan, selain peningkatan mutu produk, pemerintah juga berkonsentrasi untuk membantu IKM dalam hal pengemasan yang sesuai dengan standar kehigienisannya dan bernilai estetika .

Fasilitasi tersebut diberikan Kementerian Perindustrian melalui program Indonesia Food Innovation (IFI) dan mendirikan Rumah Kemasan di setiap Provinsi dan Kabupaten Kota mulai dari Aceh-Maluku Utara.

Kementerian Perindustrian mencatat data IFI Kinerja Klinik Desain Merek Kemas terbaru, per 3 Oktober 2023 sudah memfasilitasi pengemasan sebanyak 196 pelaku IKM dalam negeri dengan menghasilkan sebanyak 84 kemasan dan 137 merek.

“Salah satu contoh IKM yang berhasil menembus pasar dunia (ekspor) yakni produk makanan dalam bentuk singkong beku. Ada 120 produk lagi masih indirect untuk siap ekspor ke Arab Saudi, Singapura, Jepang, Hongkong,” kata dia.

Namun, ia mengaku, kesadaran pelaku IKM untuk memperhatikan inovasi pengemasan ini yang masih rendah menjadi tantangan tersendiri yang dihadapi pemerintah saat ini.

Kementerian Perindustrian menemukan, hampir sebagian besar pelaku IKM makanan dan minuman masih memandang sederhana pengemasan sehingga dilakukan dengan sangat sederhana menggunakan bungkus plastik biasa.

Kemudian, masih cukup tingginya biaya belanja teknologi percetakan juga menjadi tantangan untuk pelaku IKM domestik melebarkan sayap ke pasar global.

“Terkait pengemasan ini contoh pernah ada penolakan IKM pangan Gula Palma Indonesia dari sebuah negara karena harus benar-benar higienis dan tak tercambur bahan anorganik, ini cukup disayangkan padahal produk kita ini adalah yang terbaik dunia,” kata dia.

Maka dari itu, Yeni menyebutkan, Kementerian Perindustrian membutuhkan dorongan dari banyak pihak untuk lebih banyak mengantarkan produk IKM makanan dan minuman dalam negeri menembus pasar global karena ini tidak mudah.

“Yang kami inginkan tidak hanya bagaimana produk domestik menang dari harga dan kemasan namun ketika IKM dituntut untuk ekspor kualitas mutunya tetap terjaga,” kata dia.

Baca juga: Kemenperin bidik Sumsel untuk pengembangan kemasan ramah lingkungan

Baca juga: 180 UMKM berpartisipasi di pameran pengemasan 2023


Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Sella Panduarsa Gareta
Copyright © ANTARA 2023