Klopp menginspirasi para pemainnya untuk bekerja ekstra keras, dengan mengambil perumpamaan, "seperti makan rumput dengan rakus".
Muenchen (ANTARA News) - Dominasi dua klub asal Jerman di ajang Liga Champions dan penampilan kian mengkilap timnas Jerman di laga internasional memunculkan pertanyaan tunggal, mengapa sepak bola negeri itu kian cemerlang?

Bayern Muenchen dan Borrusia Dortmund melenggang ke babak final Liga Champions yang digelar di stadion Wembley pada Minggu dinihari WIB. Semuanya itu tidak lepas dari hasil kerja sebuah rancang induk pengembangan sepak bola di negeri itu.

Sepak bola Jerman tumbuh dan berkembang dari situasi dan kondisi negeri yang relatif sehat walafiat, sebagaimana dikutip dari situs footballspeak.com.

Masa depan timnas Jerman dan klub-klub Bundesliga kian berkembang pesat. Selain kedua finalis asal Jerman di final Liga Champions, ada sebuah klub lagi yang bakal mencolok perhatian dunia, Schalke 04.

Klub-klub Bundesliga berkembang pesat dalam atmosfer Asosiasi sepak bola Jerman (DFB) yang pada tahun 2000 menempuh sejumlah langkah radikal dalam membenahi infrastruktur sepak bola di negerinya. Terjalin hubungan kerja harmonis antara DFB dan klub-klub Bundesliga.

Mereka merumuskan dan menjalankan pengembangan sepak bola usia muda dan menggelar sejumlah pelatihan bagi coach.

Klub-klub Bundesliga memiliki akademi sepak bola handal yang melahirkan sejumlah talenta muda. Alhasil, kini timnas Jerman dihuni sejumlah pemain muda bertalenta, sebut saja  Oezil, Khedira, Müller, Götze, Reus and Kroos.

Sukses dua klub Jerman melaju ke ajang Liga Champions merujuk kepada keampuhan penerapan taktik "menyerang dan menekan lawan habis-habisan" (gegenpressing).

Baik Bayern maupun Dortmund sama-sama menerapkan taktik "serba terorganisir", "serba taat-asas", dan menerapkan pola pertahanan yang padu.

Kedua klub itu juga mengembangkan sepak bola menyerang. Kedua klub asal Jerman itu kini mendominasi sepak bola Eropa, bahkan mengancam strategi "tiki-taka" Spanyol.

Manajer Borrusia Dortmund, Juergen Klopp telah mempelajari pernik taktik "tiki-taka" dengan seksama. Ia kemudian tidak serta merta menjiplak tiki-taka, tetapi mengembangkannya ke dalam taktik "gegenpressing".

Bagaimana "gegenpressing" bekerja? Gegenpressing berbeda dari gaya Barcelona dalam menekan lawan di lapangan. Selain menekan, mereka memperhatikan betul lini pertahanan. Alhasil, tim didaulat tampil agresif.

"Gegenpressing" menampilkan tim yang padu dengan menekankan penguasaan bola. Mereka tidak akan memberi ruang gerak sedikit pun bagi lawan. Gaya permainan Dortmund mencetuskan koordinasi antar lini yang serba rapih. Mereka menekan dan  membatasi ruang gerak lawan.

Klopp tahu bahwa penguasaan bola tanpa menciptakan peluang mencetak gol tidak ada arti sama sekali. Ia paham benar bahwa penguasaan bola seperti taktik "tiki-taka" akan berjalan efektif, bila para pemain punya ruang gerak untuk melepas operan dan membuka ruang gerak untuk "mengancam" lini pertahanan lawan.

Manajer Dortmund itu melukiskan gegenpressing sebagai "momentum untuk memenangi setiap perebutan bola jika tim memang kehilangan bola", manakala lawan masih mencari orientasi untuk melepas bola.

Letak kekuatan Dortmund, lebih kepada penguasaan bola, keampuhan melakukan transisi dari bertahan menjadi menyerang. Mereka tampil eksplosif di setiap laga.

Klopp terus menerus melakukan pembaruan dalam menerapkan sepak bola menyerang. "Gegenpressing" berarti, tidak senantiasa mengacu kepada pola permainan yang sama dalam setiap laga. Dortmund akan menerapkan pola dan formasi yang berbeda dalam setiap pertandingan.

Ketika melawan Real Madrid di babak penyisihan grup Liga Champions musim ini, Madrid habis-habisan menerapkan penguasaan bola. Para pemain Dortmund menempel dan mengawal terus Xabi Alonso. Akibatnya, pergerakan Alonso tidak leluasa untuk melepas umpan kepada sesama rekan pemain Madrid.

Klopp dan para pemainnya tiada henti belajar gaya permainan Madrid. Mereka mampu meredam pergerakan Cristiano Ronaldo agar tidak leluasa melepas operan dan mencetak gol.

Klopp menerapkan gegenpressing untuk mendayagunakan penampilan Dortmund dengan melakukan transisi kilat. Mereka bergerak dengan bola dalam aliran yang super cepat.

Bagaimana Dortmund melakukan transisi yang super-cepat? Klopp menerapkan kecepatan dan ketepatan dalam langgam setiap laga. Musim ini, pola serangan Dortmund menampilkan dimensi baru dengan mendayagunakan pemain timnas Jerman, Marco Reus.

Reus dan Mario Goetze (yang kini bermain untuk Bayern Muenchen), digadang-gadang bakal menyamai penampilan "Messi". Penampilannya kian brilyan dalam mengeploitasi ruang di lini pertahanan dan lini tengah.

Klopp menyandingkan kedua pemain agar menjalin kerjasama apik di setiap laga. Poal transisi yang dikembangkan Dortmund relatif cepat. Baik Goetze maupun Reus tampil sebagai dua ujung tombak Dortmund.

Kolektivitas kedua pemain itu melahirkan julukan "Gotzeus", karena keduanya seakan punya daya telepati dalam bergerak dan melepas umpan.

Gaya permainan Dortmund menjadi serba tidak terduga. Ini ditunjang dengan ketajaman pemain depan asal Polandia, Lewandowski. Ini terbukti ketika ia menciptakan gol pembuka saat menghadapi Malaga di kuarter-final Liga Champions.

Tim-tim asal Jerman punya "etika kerja" yang pantang menyerah. Penampilan ciamik Dortmund ditunjang dengan bara motivasi dan komitmen yang relatif tinggi. Klopp menginspirasi para pemainnya untuk bekerja ekstra keras, dengan mengambil perumpamaan, "seperti makan rumput dengan rakus".

Klopp tahu dan paham bahwa penerapan "gegenpressing" hanya terwujud bila dibarengi dengan etika kerja yang ekstra keras di lapangan.

Ketika memasuki musim ini, Klopp mengatakan, "Saya ingin para pemain berjuang habis-habisan di lapangan. Ada peribahasa yang menyatakan, kuda yang baik akan meloncat setinggi yang ia mampu. Saya berharap pemain memberi segalanya di lapangan, dengan begitu kami tampil bermain." 

Pewarta: AA Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2013