Potensi tersebut terlihat dari kekayaan alam yang dapat dijadikan bahan baku kemasan, dan kematangan pelaku bisnis industri pengemasan di Tanah Air
Jakarta (ANTARA) - Organisasi Indonesia Packaging Federation (IPF) menilai Indonesia berpotensi untuk menjadi sentra industri percetakan kemasan makanan terbesar di kawasan ASEAN.

“Potensi tersebut terlihat dari kekayaan alam yang dapat dijadikan bahan baku kemasan, dan kematangan pelaku bisnis industri pengemasan di Tanah Air,” kata Business Development Director of IPF Ariana Susanti, di Jakarta, Jumat.

Pernyataan tersebut disampaikan Ariana dalam konferensi pers “Allpack Indonesia, Allprint Indonesia 2023” di Gedung Kementerian Perindustrian.

Menurut dia, Indonesia menyediakan banyak sekali bahan baku yang digunakan untuk industri kemasan makanan dan minuman, salah satunya yaitu Pulp and Paper.

Pulp and Paper berasal dari pengolahan kayu eucalyptus, akasia dan pinus yang ditanam di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.

Berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian pada tahun 2022, produksi pulp and paper di Sumatera Selatan mencapai 2,6 juta ton per tahun dalam periode masa panen dilakukan setiap 2-3 tahun.

“Modal kekayaan alam ini cukup untuk memproduksi kemasan fleksibel packing yang mendominasi saat ini,” ujarnya.

Ia menjelaskan, modal kekayaan alam itu semakin dikuatkan dengan kematangan pelaku bisnis industri pengemasan di Tanah Air.

Hal ini dibuktikan dengan makin banyak pelaku bisnis Indonesia yang sukses mendirikan pabrik pengemasan di luar negeri seperti Vietnam, Filipina, Thailand, Malaysia, bahkan Cina.

Hanya saja, menurut Ariana, saat ini semuanya tergantung apakah Pemerintah Indonesia dan para pelaku industri mau bekerjasama untuk memajukan industri percetakan kemasan makanan dalam negeri yang sedang meningkat pesat.

Bahkan, pihaknya mencatat industri makanan dan minuman di Indonesia persentase nya saat ini di angka 70 persen paling besar se-Asia Pasifik.

“Volume perputaran bisnis nya tumbuh hingga 4-6 persen per tahun atau senilai Rp120 triliun nilai pertumbuhannya,” kata dia.

Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Sella Panduarsa Gareta
Copyright © ANTARA 2023