Produk-produk lokal itu basisnya dari alam, karena kalau enggak dari alam, sintetis, nanti kearifal lokalnya akan hilang
Jakarta (ANTARA) - Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) bersama gerakan Hutan itu Indonesia dan Koalisi Ekonomi Membumi menggelar Parade Berkain Lokal Lestari sebagai bentuk kampanye Bangga Buatan Indonesia.

"Melalui kegiatan ini kita mendukung kampanye Indonesia kaitannya dengan Bangga Buatan Indonesia," kata Kepala Sekretariat LTKL, Ristika Putri Istanti di Jakarta, Minggu.

Mengambil momentum hari bebas kendaraan (CFD) pada Minggu pagi, LTKL berupaya meningkatkan penetrasi produk lokal dengan menggugah kesadaran masyarakat untuk turut mendukung jalannya ekonomi lestari secara berkelanjutan dari sektor kriya.

"Harapannya juga mendorong orang untuk lebih sadar bahwa produk-produk lokal itu memang harus didorong secara berkelanjutan gitu, seperti kriya yang basisnya dari alam dan menggunakan pewarna alami,"kata dia.

Salah satu produk kriya yang dikampanyekan dalam parade itu adalah kain gambo muba yakni produk kain asal Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, yang dalam proses pembuatannya memanfaatkan getah gambir sebagai pewarna alami.

Pewarnaannya, kata Ristika, menggunakan teknik ikat jumputan yang mampu menghasilkan aneka warna seperti cokelat, hitam, kuning, serta kehijauan yang alami dan menawan.

Produk kriya lainnya yang juga turut diparadekan yakni tenun ikat sintang asli suku Dayak dan anyaman pandan khas Kabupaten Siak.

"Produk-produk lokal itu basisnya dari alam, karena kalau enggak dari alam, sintetis, nanti kearifal lokalnya akan hilang,". ujarnya.

Dalam kegiatan parade itu, para peserta yang didominasi oleh kelompok muda berjalan di sepanjang kawasan bebas kendaraan, mulai dari Stasiun MRT Dukuh Atas hingga ke sekitaran Bundaran Hotel Indonesia dengan mengenakan aneka produk lokal sambil membentangkan poster kampanye Bangga Buatan Indonesia.

"Harapannya juga, melalui parade in masyarakat di CFD bisa berkunjung ke stan produk lokal LTKL di pameran INACRAF JCC Senayan," kata dia.

Pewarta: Moch Mardiansyah Al Afghani
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2023