Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan tujuan kelas pranikah adalah untuk menyiapkan calon pengantin menjadi pribadi yang matang baik secara mental maupun finansial.

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo saat dikonfirmasi melalui pesan singkat di Jakarta, Rabu, menuturkan kesiapan calon pengantin di Indonesia harus lebih mendapatkan perhatian karena masih banyak pasangan yang kurang teredukasi terkait dunia pernikahan dan belum bisa mengelola keuangan rumah tangga, belum lagi masyarakat yang dihadapkan dengan tantangan minimnya pengetahuan soal kesehatan reproduksi (kespro).

Dalam kelas pranikah bagi calon pengantin, banyak kegiatan spesifik yang berdampak pada setiap calon sebelum membangun keluarga. Misalnya terkait edukasi gizi supaya anak tidak terkena stunting, calon pengantin diberikan informasi soal risiko yang harus dihadapi ketika membangun rumah tangga hingga kesehatan ibu dan anak.

Baca juga: Kepala BKKBN sebut perubahan perilaku kunci turunkan stunting

Kelas pranikah juga dinilai berpotensi merangkul pihak lain yang sulit atau malu untuk ditemui. Secara langsung, setiap pemangku kebijakan yang terlibat dapat mengawasi serta memberikan pendampingan.

“Di rutan, anak-anak ternyata banyak anak yang sebetulnya kespronya terlantar, tidak ada yang memperhatikan karena mereka mungkin pembalut saja kehabisan. Kemudian di Jakarta, ini ada komunitas namanya broken home, mereka komunitas yang tidak mau disentuh tapi dia mau diperhatikan,” kata Hasto.

Hasto berharap kelas pranikah dapat menambah edukasi setiap calon pengantin serta mencegah anak terkena stunting.

“Secara substansi di situ juga karena setahun itu ada 1,9 juta orang menikah di Indonesia dan yang hamil di tahun pertama itu 1,6 juta, kemudian yang jadi stunting 320.000. BKKBN mencegah stunting dari hulu kemudian calon pengantin. Jadi kelas pranikah sangat cocok,” kata Hasto.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah Ariati Dina Puspitasari mengaku berupaya mendukung program BKKBN melalui program pelatihan calon pengantin yang juga meliputi manajemen keuangan keluarga.

Ariati menjelaskan program lain yang bisa dikerjakan bersama BKKBN adalah Program Pelayanan Remaja Sehat Milik NA (Pasminah) yang sudah berjalan sejak 2017. Program itu berbentuk posyandu khusus remaja yang kini diperluas untuk ibu muda yang hamil dan menyusui.

Program lain yang ditawarkan adalah Tingkatkan Gizi Seimbang (Timbang) untuk mengentaskan permasalahan stunting dan perkawinan anak,, Badan Usaha Milik NA (Buana) yang merupakan program untuk meningkatkan pemberdayaan ekonomi perempuan yang tergabung di dalamnya dan Family Learning Center (FLC) untuk orang yang sudah menikah.

Baca juga: BKKBN: Literasi keuangan keluarga bagian penting dalam parenting

Baca juga: Banyuwangi maksimalkan edukasi pasangan pranikah cegah "stunting"

Baca juga: Kemenag masukan materi stunting dalam modul bimbingan pranikah


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023