Sangat disayang jika Pemkab Kubu Raya berhenti sampai di sini. Angkatan I hanya merekrut 35 guru dan terlalu sedikit untuk menularkan ilmu dan ketrampilan yang diperoleh kepada guru-guru lain
Kubu Raya (ANTARA) - Program Pusat Belajar Guru (PBG) seharusnya dilanjutkan agar murid menjadi subyek pembelajaran, bukan sekadar obyek, dan praktik baik pembelajaran dapat disebarluaskan.

Praktisi yang juga Kepala Sekolah SDN 9 Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar, SP Listianti (58), di Sungai Raya, Sabtu, mengatakan Program PBG menjadikan murid aktif dan senang belajar di kelas.

"Sangat disayang jika Pemkab Kubu Raya berhenti sampai di sini. Angkatan I hanya merekrut 35 guru dan terlalu sedikit untuk menularkan ilmu dan ketrampilan yang diperoleh kepada guru-guru lain," ujar Listianti.

Dia menyatakan sekolah SD dan SMP saja di Kubu Raya sekitar 400-an. Perlu angkatan baru agar mata rantai pelatihan PBG tidak terputus dan mengimbas lebih cepat kepada guru-guru lain di Kabupaten itu.

Putera Sampoerna Foundation (PSF) pada Kamis (12/10) menyerahkan secara resmi Program PBG ke Pemkab Kubu Raya setelah 3 tahun menjadi pelaksana program.

Tri Agustini (34), salah seorang guru SDN 9 Sungai Raya yang lulus seleksi Program PBG mengatakan sangat terbantu dan mendapat ilmu dan ketrampilan bermanfaat ketika mengajar di kelas. Ia menjadi lebih percaya diri, bahkan di depan sesama guru dan publik umum lainnya.
 
Peserta Pusat Belajar Guru yang juga guru SDN 9 Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar, Tri Agustini bersama dua muridnya Nelza dan Caesar di Sungai Raya, Sabtu (14/10/2023). (ANTARA/Erafzon Saptiyulda AS)


Modul PBG dirancang untuk berpihak atau memberi tekanan kepada kebutuhan murid. Pelaksanaannya di bawah naungan School Development Outreach (SDO) PSF dengan semangat dari guru, oleh guru, untuk guru.

"Guru memiliki hak mendapatkan akses peningkatan kompetensi profesi lebih luas," kata Chairman, Board of Executive Putera Sampoerna Foundation George Yudistira Irawan. Tujuannya agar mereka dapat terus membangun jenjang profesinya.

Tri yang sudah 12 tahun mengajar masih merasa belum paham tentang metode mengajar yang baik. Guru lulusan FMIPA Universitas Tanjungpura tidak punya cukup bekal agar suasana kelas menjadi menarik sebelum ikut PBG.

"Kurang paham membuat modul pelajaran. Saya hanya meraba saja. Meniru dari guru saya sebelumnya. Masih konvensional, hanya tanya jawab," ucap alumnus SDN 9 Sungai Raya itu.

Kini setelah tiga tahun menjadi peserta PBG dia sudah bisa menyampaikan praktik baik pembelajaran dengan alat peraga, membuat modul, meringkas, membuat pelajaran menjadi menyenangkan dengan games dan ice breaking, tak hanya pada murid, tetapi juga pada sharing season pada guru dan orang tua murid .

Caesar dan Nelza, dua murid Tri yang duduk di kelas 6, menyatakan hal yang sama. Pelajaran menjadi menyenangkan dan tidak membosankan.Kreativitas murid digali dengan saling membuat soal pada saat melakukan games pelajaran di kelas.

Baca juga: PSF serahkan program Pusat Belajar Guru kepada Kubu Raya
Baca juga: Kisah Tafik membangun karakter anak usia dini


 

Pewarta: Erafzon Saptiyulda AS
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023