untuk melatih generasi muda agar menjadi penghuni bumi yang sadar lingkungan
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta meminta empat sekolah negeri untuk ikut serta program penanggulangan emisi di Ibu Kota lewat pendekatan bangunan ramah lingkungan (greenship net zero building).

Keempat sekolah negeri itu SMAN 96 di Jakarta Barat, SDN Duren Sawit 14 di Jakarta Timur, dan SDN 09 Grogol Selatan, serta SDN Ragunan 08 dan 09 Jakarta Selatan.

"Pembangunan gedung-gedung ramah lingkungan menjadi bagian penting dari upaya memperbaiki kualitas udara di Jakarta," sebut situs resmi Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta https://rendahemisi.jakarta.go.id/ dikutip di Jakarta, Sabtu

Program pengadaan bangunan sekolah ramah lingkungan ini merupakan kolaborasi Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta dengan Plus Jakarta, Vital Strategies, dan Bloomberg Philanthropies, .

Proses pengurangan emisi karbon hingga titik terendah (dekarbonisasi), kerap dikaitkan dengan kendaraan bermotor. Namun, bangunan juga memiliki kontribusi yang tak kalah besar, dari konsumsi material yang digunakan untuk membangun, hingga energi yang dihabiskan untuk operasional sehari-hari.

Urgensi memiliki bangunan sekolah berkategori greenship net zero di Jakarta juga untuk melatih generasi muda agar menjadi penghuni bumi yang sadar lingkungan.

Sehingga tanggung jawab untuk merawat lingkungan bisa terus ditanamkan kepada generasi penerus bangsa di masa mendatang.

Di Indonesia, sistem standardisasi bangunan hijau ditangani oleh Green Building Council Indonesia (GBC Indonesia).

Untuk mewujudkan hal itu sejumlah syarat dasar perlu dipenuhi untuk mengkategorikan sebuah bangunan menerapkan pendekatan greenship net zero yaitu: Pertama, adanya sirkulasi udara yang semaksimal mungkin memanfaatkan ventilasi alami. Kedua, tingkat suhu dan kelembapan udara yang mendukung kenyamanan termal manusia.

Kemudian yang ketiga, kenyamanan visual yang memanfaatkan pencahayaan alami. Yang tak kalah penting adalah penggunaan energi yang rendah dan efisien, sehingga berkontribusi dalam menetralkan emisi karbon.

Untuk SMAN 96 yang berada di area rawan banjir, firma arsitek Andramatin membangun taman tengah untuk area serapan air hujan, dan menaikkan massa bangunan untuk antisipasi banjir.

Di SDN 09 Grogol Selatan yang berlokasi di tengah pemukiman padat minim vegetasi, D-Associates Architect merancang lantai atap untuk menjadi area bercocok-tanam (urban farming) sebagai upaya mengurangi paparan panas dan ruang ekstra untuk kegiatan siswa.

Sementara itu, firma arsitek Djuhara+Djuhara, yang merancang bangunan SDN Ragunan 08 dan 09 serta SDN Duren Sawit 14, menyesuaikan massa bangunan dan ukuran lapangan dengan posisi pohon-pohon rimbun yang sudah ada di lokasi.

Manfaat memiliki bangunan sekolah yang hijau pun dapat langsung terasa. Dengan meningkatnya kualitas udara di lingkungan sekolah, risiko penyebaran partikel dan virus yang berbahaya di dalam ruangan dapat diminimalisir.

Hadirnya pencahayaan dan ventilasi alami meningkatkan kenyamanan secara visual dan termal, sehingga menciptakan kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dalam suasana yang kondusif bagi siswa dan guru.

Demikian pula dalam hal penghematan energi listrik, karena kebutuhan penggunaan pencahayaan lampu dan pendingin udara pun menurun.

“Bangunan sebelumnya menghabiskan biaya listrik mencapai Rp5 hingga Rp6 juta tetapi setelah menjadi Sekolah Negeri Net Zero hanya menghabiskan biaya Rp1,5 juta,” kata Kepala Suku Dinas Pendidikan Wilayah II Jakarta Barat, Junaedi, sebagaimana dilansir Antara, Jumat (30/9).
Baca juga: Indef: Saatnya akselerasi penyediaan transportasi ramah lingkungan
Baca juga: Pembangunan dua SMP ramah lingkungan di Jakbar masuk akhir lelang
Baca juga: RDF dinilai ramah lingkungan dan ekonomis

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2023