Jakarta (ANTARA News) - Penurunan suku bunga penjaminan pemerintah oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) akan segera diikuti oleh perbankan, namun suku bunga kredit diperkirakan baru akan turun dalam tiga sampai enam bulan mendatang. "Turunnya suku bunga LPS berpeluang mendorong bank-bank menurunkan suku bunga dana berkisar 50 sampai 100. Tetapi untuk suku bunga kredit, rasanya belum seketika turun, diperkirakan akan terjadi penyesuaian dalam tempo tiga sampai enam bulan ke depan karena ada `timelag` sekitar itu," kata pengamat perbankan Ryan Kiryanto di Jakarta, Selasa. Mengenai besaran penurunan suku bunga LPS dari 12,50 persen menjadi 12 persen, atau lebih besar dari penurunan suku bunga BI yang sebesar 25 basis point menjadi 12,25 persen, Ryan mengatakan LPS dan BI memiliki hitung-hitungan yang berbeda. "Tidak perlu dipertanyakan kenapa demikian, karena baik BI maupun LPS punya kalkulasi atau pertimbangan-pertimbangan sendiri dalam menyikapi perkembangan lingkungan makro eko-moneter," katanya. Yang penting, lanjutnya di semester dua ini kondisi ekonomi akan relatif lebih baik sehingga ada peluang BI rate, LPS rate dan suku bunga bank turun secara gradual. Secara keseluruhan, sambungnya, target pertumbuhan ekonomi sekitar 6 persen dapat tercapai. Mengenai naiknya suku bunga valas LPS sebesar 25 basis point jadi 5 persen, Ryan mengatakan hal ini wajar dan memang sudah seharusnya dilakukan untuk imbangi lonjakan Fed Fund rate yang kini berada di level 5,25 persen dan berpotensi dinaikkan lagi secara bertahap oleh The Fed. "Kalau suku bunga valas oleh LPS tdk naik, dikhawatirkan rupiah akan tertekan. Soal penghimpunan DPK, saya kira tidak akan ada pengaruh yang signifikan, karena bank-bank diperkirakan akan melakukan gerakan yang sama," katanya. Lebih jauh, pembiayaan akan makin meningkat karena dunia usaha diringankan bebannya seiring turunnya suku bunga kredit.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006