Pemerintah Indonesia harus terus berfokus pada hilirisasi sektor industri untuk komoditas-komoditas seperti nikel, tembaga, dan timah, sektor kesehatan, sektor ketahanan pangan, dan pembangunan IKN,
Jakarta (ANTARA) - Pakar Hukum Bisnis dan Perdagangan Internasional Ariawan Gunadi menilai Indonesia perlu terus fokus untuk meningkatkan hilirisasi sektor industri untuk memaksimalkan potensi foreign direct investment (investasi asing langsung/FDI) yang dimiliki berupa keragaman dan sumber daya alam yang melimpah.

“Pemerintah Indonesia harus terus berfokus pada hilirisasi sektor industri untuk komoditas-komoditas seperti nikel, tembaga, dan timah, sektor kesehatan, sektor ketahanan pangan, dan pembangunan IKN," katanya dalam keterangan di Jakarta, Rabu.

Ariawan berharap rangkaian kunjungan kerja Presiden Jokowi ke China untuk menghadiri Belt and Road International Cooperation ke-3, serta ke Riyadh, Arab Saudi, untuk melakukan pertemuan dengan Putera Mahkota Arab Saudi dan memimpin KTT pertama ASEAN-Gulf Cooperation Organization (GCC) mampu menggali potensi FDI.

Baca juga: Investor Australia tetap lirik Indonesia walau masuki tahun politik

Guru Besar Universitas Tarumanegara itu mengingatkan bahwa pemerintah Indonesia bisa memanfaatkan potensi FDI dengan mengintegrasikan sumber daya, teknologi, dan kemampuan industri dalam negeri. Dengan begitu, Indonesia dapat memperluas lapangan pekerjaan dan memaksimalkan penggunaan investasi asing dengan lebih efisien agar menjadi negara yang semakin tangguh di kancah global.

“Dalam konteks pemanfaatan investasi asing, Thailand merupakan role model yang baik bagi negara-negara ASEAN dalam memanfaatkan potensi foreign direct investment di negaranya. Hal ini terlihat dari realisasi investasi di Thailand pada tahun 2022 yang mencapai 20 miliar dolar AS atau naik 39 persen dari tahun sebelumnya,” ungkapnya.

Menurut Ariawan, dengan tingkat perekonomian yang lebih tinggi dari Thailand, Indonesia tidak boleh kalah dalam memaksimalkan potensi FDI.

Baca juga: Pelemahan harga komoditas jadi tantangan bagi pertumbuhan ASEAN

Dalam kunjungan ke China, Presiden Jokowi membahas sejumlah isu prioritas seperti peningkatan ekspor Indonesia, peningkatan investasi, dan pembangunan ketahanan pangan.

Sementara itu dalam kunjungannya ke Arab Saudi, Presiden Jokowi juga akan membahas sejumlah isu prioritas di antaranya terkait dengan masalah ekonomi dan investasi, penjaminan produk halal, energi, dan pembentukan dewan koordinasi tertinggi bersama dengan Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Mohammed bin Salman.

Selain itu, Presiden Jokowi juga akan memimpin KTT ke-1 ASEAN-GCC (Gulf Cooperation Council) terlebih dahulu sebelum kembali ke Indonesia pada 21 Oktober 2023

 

 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023