perlu didalami akar masalahnya agar tepat dalam menanganinya
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak meminta ibu yang menenggelamkan bayinya ke dalam ember yang berisi air didalami penyebabnya oleh ahli.

"Harus dipastikan oleh ahli dulu. Baby blues erat kaitannya dengan waktu dan kondisi pascamelahirkan," kata Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak KemenPPPA Nahar saat dihubungi di Jakarta, Rabu.

Nahar mengatakan jika ada indikasi memiliki masalah psikis misalnya menghadapi ketidakstabilan emosi, bukan berarti hanya disebabkan dampak dari melahirkan anak.

"Jika kemudian ada seorang ibu yang memiliki tiga anak dan memandikan anaknya yang paling kecil berusia 4 bulan dengan cara yang tidak biasa dan dianggap telah melakukan kekerasan, maka harus dipastikan dulu penyebabnya," kata dia.

Menurut Nahar, akar masalah kasus ini perlu didalami supaya sang ibu mendapat penanganan yang tepat.

"Perlu didalami akar masalahnya agar tepat dalam menanganinya," katanya.

Baca juga: "Baby Blues" jadi faktor ibu di Jaksel tenggelamkan bayi di ember
Baca juga: Siap secara psikologis bisa atasi kecemasan pada ibu pasca melahirkan


Sebelumnya, beredar luas di media sosial video seorang wanita yang menenggelamkan bayi ke dalam sebuah ember berisi air.

Dalam video yang beredar bayi itu mulanya diceburkan oleh perempuan yang merupakan ibu sang bayi ke dalam ember berisi air berukuran besar di kamar mandi.

Setelah diceburkan, bayi itu dibiarkan mengambang selama beberapa saat hingga merengek.

Tak berhenti sampai di situ, perempuan itu justru membalikkan posisi bayi hingga kepalanya tenggelam.

Ketika membalikkan posisi bayi, dia bahkan tertawa selama beberapa saat.

Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menduga sindrom baby blues menjadi faktor penyebab wanita berinisial LN alias A di Pesanggrahan, Jakarta Selatan itu menenggelamkan bayinya pada ember berisi air.

Baca juga: Gangguan mental pada ibu hamil berpotensi sebabkan bayi stunting
Baca juga: Ini perbedaan antara depresi postpartum & sindrom baby blues
Baca juga: Psikiater sebut "baby blues" yang tak tertangani bisa sebabkan depresi

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023