Agar bonus demografi Indonesia berdampak positif bagi kemajuan bangsa tentu menyiapkan generasi yang cerdas, terampil, dan berdaya saing, perlu diupayakan dengan langkah-langkah yang sistemik dan serius
Jakarta (ANTARA) - Managing Director Asa Dewantara, Hamid Abidin, menyatakan pembangunan pendidikan sangat penting untuk dikejar oleh pemerintah guna mengoptimalkan bonus demografi agar berdampak positif pada kemajuan bangsa.

“Agar bonus demografi Indonesia berdampak positif bagi kemajuan bangsa tentu menyiapkan generasi yang cerdas, terampil, dan berdaya saing, perlu diupayakan dengan langkah-langkah yang sistemik dan serius,” katanya pada jumpa pers "Meneropong Masa Depan Pendidikan Indonesia" di Jakarta, Rabu.

Pemerintah Indonesia sendiri memiliki misi di bidang pendidikan yaitu meratakan pendidikan berkualitas dalam mencapai Indonesia Emas 2045 yang telah tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045.

Upaya tersebut didasarkan pada beberapa indikator seperti hasil pembelajaran, Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi, serta serapan lulusan pendidikan menengah dan tinggi di bidang keahlian.

Untuk hasil pembelajaran dilihat melalui rata-rata skor Programme for International Student Assessment (PISA) yaitu membaca di level 371, matematika di level 379 dan Sains di level 396. Hasil pembelajaran turut dilihat dari rata-rata lama sekolah penduduk usia lebih dari 15 tahun yang di level 8,59 serta harapan lama sekolah yang kini di level 13,08.

Baca juga: Kemendikbudristek: SDM berkualitas kunci negara berpendapatan tinggi

Untuk APK Pendidikan Tinggi capaian saat ini di level 31,18 persen dengan target sasaran pada 2045 mencapai 60 persen, sedangkan serapan pekerja lulusan pendidikan menengah dan tinggi yang bekerja di bidang keahlian menengah tinggi ditargetkan mencapai 75 persen pada 2045.

Di sisi lain Peneliti Asa Dewantara, Nyimas Gandasari, menuturkan Angka Partisipasi Murni (APM) SMA tahun 2021 di Indonesia masih sekitar 68,9 persen yang artinya ada sekitar 31,32 persen atau 4,17 juta dari totok penduduk usia 16-18 tahun tidak bersekolah SMA.

“Dari 31,32 persen yang tidak bersekolah ini sebanyak 55,19 persen diantaranya tinggal di pedesaan,” ujar Nyimas.

Untuk APM pada jenjang SMP saat ini Indonesia telah mencapai 75,6 persen dan 92,57 persen untuk jenjang SD.

Baca juga: Merajut asa masa depan cerah lewat pendidikan usia dini

Selain itu rata-rata lama sekolah di Indonesia berada di angka 8,6 tahun dengan tren kenaikan signifikan sepanjang 1990 sampai 2006, namun menurun pada 2006 ke 2007 dan kembali naik dari 2007 hingga 2021.

Secara rinci dari dua periode kenaikan untuk periode 1990 sampai 2006 mengalami kenaikan 0,3 tahun sedangkan sepanjang 2007-2021 hanya naik 0,11 tahun.

Kemudian target Pemerintah Indonesia dalam rata-rata lama sekolah pada 2045 sebesar 12 tahun, menurut Asa Dewantara, sasaran tersebut sudah dicapai oleh berbagai negara lain pada 2021.

Harapan lama sekolah Indonesia yang saat ini 13,7 tahun juga masih tertinggal dibanding negara lain di ASEAN seperti Thailand yang mencapai 15,9 dan Singapura 16,5 tahun.

Baca juga: MPR: Kunci pembangunan SDM adalah pendidikan dan kesehatan

 

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023