Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Senin sore bergerak menguat didorong data ekonomi Indonesia yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengungkap bahwa Mei 2013 deflasi 0,03 persen.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore bergerak menguat 69 poin menjadi 9.813 per dolar AS dibanding sebelumnya di posisi 9.882 per dolar AS.

"Deflasi salah satu pendorong nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS, sehingga diperkirakan inflasi ke depan dapat terkendali," ujar pengamat pasar uang dari Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova.

Ia menambahkan beberapa daerah di Indonesia yang sedang mengalami panen bahan pangan membuat distribusi pasokan lancar.

Selain itu, lanjut dia, kurs dolar AS yang juga sedang berada dalam area negatif terhadap beberapa mata uang dunia, kondisi itu juga menjadi salah satu pendorong rupiah terangkat.

Meski demikian, Ruly mengatakan neraca migas yang masih defisit masih membayangi pergerakan rupiah kedepannya.

"Selain itu, investor asing juga masih akan menghitung `yield` (imbal hasil) darai portofolio rupiah," kata dia.

Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada menambahkan data-data ekonomi AS yang dibawah estimasi menambah tekanan dolar AS sehingga rupiah menguat pada awal pekan ini.

"Data-data AS yang kenaikannya masih di bawah estimasi antara lain Produk Domestik Bruto (PDB) hanya tumbuh 2,4 persen sementara estimasinya 2,5 persen menjadi sentimen negatif bagi dolar AS," kata dia.

Selain itu, Reza mengatakan data pengangguran AS juga meningkat, sehingga membuat pelaku pasar berasumsi stimulus The Fed masih diperlukan.

Sementara berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, rupiah berada pada 9.811 per dolar AS, melemah dibanding sebelumnya (31/5) 9.802 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013