Jakarta (ANTARA) -
Festival Film Sains 2023 kembali diselenggarakan oleh Goethe Institut menggandeng Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), universitas, dan mitra lokal untuk mengajak siswa bereksperimen ilmiah sekaligus belajar tentang lingkungan dengan menyenangkan.
 
Direktur Goethe Institut wilayah Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru Dr. Stefan Dreyer pada jumpa pers di kantor Kemendikbudristek, Jakarta, Sabtu, menjelaskan bahwa festival ini menjadi salah satu bagian dari agenda restorasi ekosistem oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
 
"Dengan menghadirkan film dari berbagai belahan dunia yang bertema topik-topik ilmiah untuk penonton muda, kami berharap dapat menumbuhkan kreativitas serta semangat bereksplorasi dan mencintai sains," kata Stefan.
 
Stefan mengaku sangat senang bertemu dengan kurang lebih 200 pelajar dari tingkat SD hingga SMA yang hadir dan mengajaknya berkomunikasi, dan bertanya apa yang ia sukai tentang Indonesia.
 
"Saya bilang bahwa saya sangat mencintai ekosistem di Indonesia, keberagaman alam dam satwanya, laut dan pantainya, dan kita sebagai manusia adalah bagian dari ekosistem tersebut, untuk itu kita harus melakukan sesuatu untuk memperbaikinya, salah satunya restorasi pada ekosistem," ujar dia.
Ia menjelaskan, melalui festival film sains ini, para siswa diajak untuk menghadirkan ide dan mencari solusi untuk menyelamatkan lingkungan.
 
"Sains bisa menyenangkan dan menolong kita untuk mencari solusi. Saya harap kalian bisa menikmati filmnya, karena kalian adalah generasi masa depan yang akan berkontribusi dan bekerja sama untuk beraksi menyelamatkan ekosistem kita," ucapnya.
 
Sementara itu, Staf Ahli Mendikbudristek bidang Manajemen Talenta Tatang Muttaqin menyatakan bahwa festival fim sains ini bertujuan untuk menumbuhkan kecintaan siswa pada sains yang sesuai dengan amanat Presiden Joko Widodo tentang manajemen talenta.
 
"Saya berharap acara ini tidak hanya mengajak adik-adik untuk menonton film, tetapi juga berani bereksperimen ilmiah dan mencintai sains, ini juga sesuai dengan amanat Presiden tentang manajemen talenta, bagaimana sains ini bisa dipelajari dengan cara yang menyenangkan," kata Tatang.

Sedangkan Wakil Rektor Universitas Negeri Jakarta Ifan Iskandar yang juga turut hadir dalam acara ini menyebutkan bahwa universitas juga memiliki andil dan mengambil bagian dalam aksi nyata untuk memperbaiki ekosistem yang rusak.
 
"Di UNJ, kami sekarang menerapkan kebijakan untuk menghemat listrik dengan hanya mengizinkan mahasiswa menggunakan lift setelah lantai tiga, dan mereka harus berjalan kaki ke lantai tiga ini, tidak hanya mahasiswa, baik dosen maupun staf akademik semua harus melakukannya," papar Ifan.
 
Ia melanjutkan, upaya yang kedua yakni memasukkan literasi tentang lingkungan ke dalam pembelajaran dan menyebutnya dengan "kasih sayang."
 
"Kami menyebutnya kasih sayang. Dalam kasih sayang tersebut, ada unsur-unsur menghargai sesama manusia dan semua makhluk hidup. Itu yang selalu kita bicarakan tentang lingkungan," tuturnya.
 
Kemudian, yang terakhir yakni penelitian, dimana UNJ kini melakukan penelitian yang dikombinasikan dengan isu lingkungan, khususnya di departemen linguistik.
 
"Kami memiliki mata kuliah eco-linguistic yang fokus pada literasi lingkungan, dimana kami membuat penelitian dengan melibatkan para siswa yang ikut serta dalam pendidikan, untuk sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Ketiga hal tersebut yang sedang kami coba terapkan," ucap dia.
 
Festival film sains ini akan diselenggarakan secara hybrid mulai 21 Oktober hingga 30 November 2023, dan akan memutar 18 film dari 12 negara.
Salah satu film animasi asal Indonesia berjudul "Sang Penerang Desa", menceritakan tentang pengalaman Puni tinggal di desa dan membawa perubahan drngan membangun pembangkit listrik tenaga mikro-hidro. (ANTARA/Lintang Budiyanti Prameswari)
 
Pembukaan festival kali ini menayangkan dua film, pertama yakni film animasi asli Indonesia berjudul "Sang Penerang Desa", kedua yakni film asal Jerman yang berjudul "Checker Tobi: The Waste Check".

Baca juga: Kenalkan sains pada anak bisa lebih diterima lewat film
 

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023