Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menyatakan sebanyak 1.600 mahasiswa Indonesia program sarjana dan vokasi akan berkuliah di luar negeri selama satu semester melalui program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) 2023.

“Program IISMA 2023 sendiri pada tahun ini akan memberangkatkan sebanyak lebih dari 1.600 mahasiswa,” kata Senior Manager Pengembangan Program dan Kemitraan Program IISMA Hilda Cahyani dalam keterangan di Jakarta, Minggu.

Sementara sejak diluncurkan pada 2021, terdapat lebih dari 20.000 mahasiswa telah mendaftar ke Program IISMA dan sebanyak 3.797 mahasiswa akademik maupun vokasi telah dikirim ke luar negeri.

Peserta penerima beasiswa program IISMA 2023 yang mengikuti studi di negara-negara Eropa pun berhasil menggelar sesi talkshow yang berisikan berbagai pengalaman mereka selama mengikuti studi.

Kegiatan talkshow ini merupakan salah satu kegiatan Tales from Around the World Challenge yang masing-masing akan dilakukan di lima Kawasan Program IISMA, Australia, Uni Eropa, Asia, Inggris dan Irlandia, serta Amerika.

“Kegiatan ini ditujukan sebagai wadah dalam mendiseminasikan berbagai cerita baik dan inspiratif yang dialami mahasiswa IISMA di Eropa,” ujar Hilda.

Sheena Mega Registra dari Persatuan Pelajar Indonesia Triveneto, Italia, mengaku membutuhkan waktu untuk beradaptasi ketika ia harus pergi ke negara yang baru dikunjungi namun seiring berjalannya perlahan dapat beradaptasi terutama jika bertemu sesama mahasiswa diaspora asal Indonesia.

Di balik kesulitan beradaptasi, Sheena menceritakan ia justru menemukan berbagai hal baru yang bisa menambah wawasannya tentang dunia, menambah koneksi, dan mempraktikkan kemampuan bahasa Inggrisnya secara langsung setiap hari.

Hal yang sama juga diceritakan oleh Catherine Stumer yakni mahasiswa Politeknik Negeri Semarang yang menjadi awardee IISMA di Université Polytechnique Hauts-de-France (UPHF), Valenciennes, Perancis.

Menurut Catherine, setelah merasakan secara langsung pembelajaran di UPHF selama beberapa bulan ternyata ia menemukan ada perbedaan signifikan dari metode pembelajaran di Indonesia dam Prancis.

“Yang aku rasakan jika di Indonesia kita masih fokus belajar dari sumber-sumber seperti buku dan bahan materi yang dibagikan oleh dosen. Kalau di sini kita bisa memanfaatkan hal-hal sekitar untuk belajar secara langsung,” katanya.
Baca juga: Kemendikbudristek: Peserta IISMA duta bangsa di luar negeri
Baca juga: Nadiem: Perlu lompatan besar untuk tingkatkan kualitas pendidikan
Baca juga: Mahasiswa Indonesia program IISMA Kemendikbudristek tiba di Jepang  
Baca juga: Kemendikbud: 20 peserta IISMA selesaikan studi di Yale University

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023