Yang paling penting ini perubahan budaya, budaya untuk memilah sampah
Bantul (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, selalu menekankan pentingnya budaya memilah sampah sejak dari sumbernya atau yang memproduksi itu sendiri agar persoalan sampah tersebut dapat terselesaikan di lingkup masyarakat setempat.

"Yang paling penting ini perubahan budaya, budaya untuk memilah sampah itu sejak dari sumbernya, walaupun ini berat tetapi harus kita coba," kata Bupati Bantul Abdul Halim Muslih usai kegiatan Penanaman Pohon dan Bersih Kali di Sungai Belik, Wonokromo, Bantul, Selasa.

Menurut dia, kalau budaya memilah dan mengolah sampah sejak dari sumbernya itu gagal, maka setidaknya bisa ditangani pada level rumah tangga (RT), kalau di tingkat RT juga gagal, paling tidak dan maksimal selesai di tingkat pedukuhan.

"Karena pada tahun ini pemerintah kabupaten sudah memberikan anggaran sebesar Rp50 juta per pedukuhan untuk pengelolaan sampah, disamping untuk pemberdayaan posyandu dan PAUD (pendidikan anak usia dini)," katanya.

Menurut dia, anggaran sebesar Rp50 juta per pedukuhan sebagian atau dimaksimalkan untuk penuntasan masalah sampah di level pedukuhan dengan membuat pengolahan sampah terpadu, apalagi Bantul mempunyai program Bantul Bersih Sampah Tahun 2025.

"Kalau sebanyak 933 pedukuhan se-Bantul kompak memanfaatkan anggaran Rp50 juta dengan tepat, saya yakin tahun 2025 persoalan sampah selesai, tinggal DLH (Dinas Lingkungan Hidup) sekarang ini membuat instalasi pemusnahan sampah sampah residual," katanya.

Baca juga: Bantul optimalkan TPS 3R kelurahan selesaikan permasalahan sampah
Baca juga: DLH Bantul : Kebijakan kuota sampah TPST Piyungan untuk penataan


Bupati mengatakan, untuk sampah sisa makanan tersebut nanti oleh rumah tangga atau pedukuhan bisa dimasukkan ke dalam jugangan atau lubang di tanah untuk mengubur sampah, kemudian sampah organik sisa daun dimasukkan dalam komposter untuk jadi pupuk.

"Kemudian sampah yang non organik dipilah itu sudah ada off taker, jadi sekarang yang tersisa tinggal sampah residu dan yang bisa kita lakukan pemusnahan, maka jika sistem semacam ini berjalan, mudah mudahan di akhir 2024, persoalan sampah di Bantul selesai," katanya.

Dengan demikian, kata dia, tidak ada lagi aktivitas pembuangan sampah atau penumpukan sampah di tempat penampungan yang berpotensi menjadi persoalan di kemudian hari. Namun, untuk mewujudkan itu, harus dibutuhkan komitmen dan budaya bersama.

"Makanya paling mahal adalah pembudayaan, apa artinya fasilitas kita sediakan, anggaran kita gelontorkan, akan tetapi budaya buang sampah sembarangan masih ada, ini percuma, jadi yang penting buat budaya baru, penyadaran baru bahwa kebersihan ini milik kita bersama," katanya.

Baca juga: BEM UI sosialisasikan pemilahan sampah bagi warga di Jakarta Selatan
Baca juga: KLHK dorong perubahan pola pikir masyarakat dalam memilah sampah
Baca juga: Optimalisasi TPST bisa mendorong pemberdayaan rakyat

 

Pewarta: Hery Sidik
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023