Jakarta (ANTARA) - Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) optimistis kesenian wayang di Indonesia tidak akan tertinggal oleh zaman, karena memiliki nilai yang berlaku selamanya dan universal.

"Saya yakin nilai dari wayang tradisional tidak pernah ketinggalan zaman, karena sifatnya timeless dan universal, sehingga tidak pernah tertinggal oleh dunia yang semodern apapun," kata Anggota Pepadi Nanang HP dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu.

Nanang menilai perubahan bentuk pada kesenian wayang bukanlah suatu permasalahan, selama perubahan tersebut juga diiringi dengan penguasaan terhadap wayang tradisional untuk menjaga nilai-nilainya.

Contohnya, kata dia, pada pagelaran wayang lengkap yang aslinya diadakan semalam suntuk mulai dari pukul 21.00 WIB hingga 04.00 WIB. Menurut dia, pada era sekarang penyesuaian boleh dilakukan. Seperti menjadikan wayang sebagai sebuah pementasan berdurasi pendek agar lebih banyak anak muda yang tertarik.

Baca juga: Budayawan: Wayang kulit sarana pendidikan karakter anak bangsa

Selain itu, dia menyebutkan wayang dapat diaplikasikan ke dalam bentuk apapun, seperti bentuk digital yang berupa animasi, selama tetap memiliki nilai moral yang sama seperti wayang tradisional.

"Tradisi itu seperti akar, tidak harus terlihat, tetapi mampu mempertahankan produk turunan wayang, seperti pohon yang menjulang tinggi," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua IV Pepadi Catur Yudianto menyebutkan saat ini pihaknya sedang mengusahakan pelestarian kesenian wayang, salah satunya melalui pendekatan pada anak.

Pendekatan pada anak, kata dia, salah satunya melalui Festival Dalang Anak Nasional yang merupakan bagian dari Gebyar Hari Wayang Nasional 2023 yang akan diselenggarakan pada 2-4 November 2023.

Baca juga: Kemenko PMK minta generasi muda berperan aktif melestarikan wayang

"Saya istilahkan anak-anak itu ibarat kertas putih, bagaimana orang yang menulis. Mudah-mudahan melalui program ini kita mampu menciptakan dalang yang baik secara kualitas dan dapat menjadi panutan," ujar Catur yang juga Ketua Panitia Festival Dalang Anak Nasional.

Senada dengan hal tersebut, Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid mengatakan pengembangan seni tradisi seperti wayang dalam bentuk baru bukanlah akhir dari seni klasik, sebab tradisi tetap akan menjadi sumber.

"Apakah menjadi akhir dari seni klasik? Tidak. Di Jepang, seni klasik tetap ada, dan tetap ada penontonnya, karena menjadi sumber," kata Hilmar, Senin (7/8).

Namun, ia mengakui, seni tradisi, termasuk wayang saat ini harus bersaing ketat di tengah perkembangan teknologi yang melahirkan berbagai hiburan baru bagi generasi muda.

Baca juga: Pagelaran wayang orang "Pandowo Boyong" raih dua penghargaan MURI

Oleh karena itu, Hilmar mengatakan perlunya menyambungkan seni tradisi agar diterima dan diminati generasi muda, sebab bukan hanya aspek seni pertunjukannya, melainkan juga bagaimana menjadi laku hidup.

Pewarta: Sean Muhamad
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023