Kasus leptospirosis yang disebabkan urine tikus memang biasanya berpeluang meningkat pada musim hujan sehingga perlu diwaspadai dan dicegah bersama-sama
Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta meminta masyarakat di wilayah ini mencegah potensi lonjakan kasus penyakit leptospirosis saat musim hujan yang diperkirakan mulai November 2023.

"Kasus leptospirosis yang disebabkan urine tikus memang biasanya berpeluang meningkat pada musim hujan sehingga perlu diwaspadai dan dicegah bersama-sama," kata Kasi Pengendalian Penyakit Menular (P2M) dan Imunisasi Dinkes Kota Yogyakarta Endang Sri Rahayu di Yogyakarta, Minggu.

Baca juga: Dinkes Kaltim ingatkan masyarakat waspadai penyakit leptospirosis

Menurut Endang, memasuki musim hujan populasi tikus bisa meningkat akibat banyaknya sampah yang basah.

Jumlah tikus yang banyak kemudian berisiko mencemari selokan yang aliran airnya tidak lancar, genangan, atau memasuki rumah warga yang kebersihannya tidak terjaga.

Berdasarkan data Dinkes Kota Yogyakarta, kasus leptospirosis sejak Januari hingga Oktober 2023 telah menjangkiti sebanyak 22 orang dengan sebaran dominan di Kecamatan Kotagede dan Wirobrajan, diikuti Gondokusuman, dan Jetis.

Jumlah kasus itu meningkat jika dibandingkan tahun 2022 yang tercatat 16 orang dengan dua di antaranya meninggal dunia.

"Dibandingkan tahun lalu jelas meningkat, itupun data belum sampai Desember 2023. Semoga kita bisa mempertahankan tidak ada yang sampai meninggal dunia," ujar Endang.

Karena itu, Endang meminta seluruh warga di Kota Yogyakarta mulai kembali menggencarkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), antara lain dengan aktif memilah sampah rumah tangga masing-masing, menjaga kebersihan, makan makanan bergizi dan rajin berolahraga.

Baca juga: Pemkab Kulon Progo keluarkan edaran penatalaksanaan leptospirosis

Sampah menjadi perhatian khusus, sebab  beberapa waktu lalu Kota Yogyakarta masih mengalami darurat pengelolaan sampah.

"Sehingga kami minta sampah-sampah agar dipilah mana yang basah, mana yang bisa didaur ulang. Rumah tangga, perkantoran, sekolah saya kira perlu berpartisipasi," ujar dia.

Apalagi, jika ditelurusi berdasarkan faktor penyebabnya, Endang menyebutkan sebagian kasus yang terjadi hingga Oktober 2023 berkaitan dengan sampah.

"Faktor risikonya ketemu dengan sampah yang kemungkinan tercemar urine tikus. Ada yang karena membersihkan selokan atau kerja bakti tanpa pelindung sehingga bersentuhan dengan urine tikus," kata dia.

Untuk mencegah risiko tersebut, Endang meminta warga yang berinteraksi dengan sampah agar menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti sarung tangan serta sepatu boot.

Endang menuturkan penyakit leptospirosis yang disebabkan oleh bakteri genus Leptospira sp bisa menular ke manusia lewat air seni tikus terinfeksi yang kontak dengan kulit manusia yang lecet.

Jika tertular, pasien akan merasakan gejala seperti demam, sakit kepala dan nyeri otot sehingga masyarakat yang merasakan gejala itu agar memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit.

"Kasus meninggal dunia tahun lalu akibat terlambat memeriksakan diri karena dianggap hanya masuk angin atau demam biasa," kata dia.

Baca juga: Dua pasien leptospirosis di Kota Probolinggo Jatim meninggal

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023