Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi menyatakan program Matching Fund atau Dana Padanan mampu memberi dampak peningkatan pada Global Innovation Index (GII) atau Indeks Inovasi Indonesia serta Score University-Industry Collaboration atau skor kolaborasi antara industri dan universitas di Indonesia.

“Kita ingin menimbulkan kepercayaan masyarakat global tentang kesiapan kita menjadi negara yang mampu secara aktif dan produktif ikut dalam berbagai aktivitas ekonomi global,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudritek Kiki Yuliati dalam keterangan di Jakarta, Minggu.

Pada 2021, GII yang menilai tingkat produktivitas dan inovasi menempatkan Indonesia di peringkat 87 dan naik ke peringkat 75 pada 2022 hingga semakin naik ke peringkat 61 dari 132 negara pada 2023.

Program Matching Fund yang berhasil menciptakan ekosistem kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri dalam menghasilkan produk inovasi juga berdampak pada peningkatan signifikan skor dari University-Industry Collaboration.

Pada 2020, skor University-Industry Collaboration Indonesia adalah 53.5 yang kemudian berhasil naik pada 2023 yaitu mencapai 87.4 atau meningkat 38 persen.

Menurut Kiki, dengan reputasi yang baik di kancah global maka kepercayaan para investor terhadap Indonesia akan meningkat sehingga diharapkan dapat berdampak signifikan terhadap kemajuan ekonomi bangsa Indonesia.

Sementara untuk tahun depan, program Matching Fund kembali hadir dengan terobosan baru yakni lebih awal dan melakukan terobosan pembiayaan multiyear atau multi-tahun untuk menjamin keberlanjutan penelitian.

Baca juga: Pengembangan kompetensi siswa vokasi jadi isu strategis

Kiki mengatakan skema pembiayaan yang dilakukan secara multi-tahun itu dapat menjamin keberlanjutan riset sehingga diharapkan mendorong pelaksanaan teaching factory atau teaching industry di perguruan tinggi vokasi.

“Salah satu yang ingin kami kejar dari multiyear ini adalah pembangunan teaching factory atau teaching industry di kampus-kampus vokasi. Karena pada dasarnya pendidikan vokasi adalah industrial based learning,” ujar Kiki.

Dengan skema pendanaan multi-tahun tersebut diharapkan industri dapat bekerja sama dengan satuan pendidikan vokasi untuk mendukung pembelajaran sekaligus memproduksi barang atau jasa.

Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi Kemendikbudristek Beny Bandanadjaja menjelaskan skema pendanaan multi-tahun diperuntukkan bagi penelitian skema A yakni hilirisasi inovasi hasil riset untuk tujuan komersialisasi, serta hilirisasi kepakaran untuk menjawab kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).

Selain itu, skema tersebut turut diperuntukkan bagi pengembangan produk inovasi bersama DUDI/mitra inovasi, dan peningkatan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) atau produk substitusi impor melalui proses reverse engineering.

Baca juga: Nadiem: SMK PK upaya penguatan kolaborasi dengan DUDI
Baca juga: Wapres: Pelatihan vokasi diperkuat untuk penuhi tuntutan pasar kerja
Baca juga: Kemendikbud berikan Dana Kompetitif kepada 79 perguruan tinggi vokasi

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023