ikut gerakan kolaborasi mengajar di Jakarta Utara
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Kota Jakarta Utara (Pemkot Jakut) mengajak pihak terkait di daerah itu untuk ikut membina para pelajar umumnya dan dari Cilincing khususnya, agar tak iseng di media sosial (medsos).

"Kami ajak para pihak, termasuk mendukung kelompok kerja Jurnalis Jakarta Utara (JJU) untuk ikut gerakan kolaborasi mengajar di Jakarta Utara," kata Kepala Suku Dinas Pendidikan Wilayah 2 Jakarta Utara Purwanto dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis.

Pernyataan itu terkait dengan dugaan perbuatan iseng di media sosial oleh para pelajar di Cilincing hingga meneror salah satu pusat perbelanjaan di wilayah Koja, Jakarta Utara.

Purwanto menjelaskan, gerakan kolaborasi itu juga diikuti oleh Kepolisian, Kejaksaan Negeri dan Pemerintah Kota Jakarta Utara.

"Kami berkolaborasi dengan Polda Metro Jaya untuk membuat namanya Polisi Mengajar setiap Senin ke sekolah-sekolah. Kemudian bersama kejaksaan, juga ada program Jaksa Masuk Sekolah," kata Purwanto.

Baca juga: Sudindik Jakut minta Kepsek tatar siswa SMA sebar ancaman via medsos

Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Koja Komisaris Polisi Muhammad Syahroni mengatakan motif perbuatan enam pelajar SMA Negeri di Cilincing yang digelandang ke Markas Polsek Koja, murni hanya untuk meledek korban berinisial H, teman sekelas mereka kelas XI.

"Untuk sementara ini, kami belum menetapkan tersangka dalam kasus (pengancaman) ini karena motifnya benar-benar meledek atau istilahnya 'nge-prank' saudara H yang di kelas disebut mereka dengan istilah 'cupu' atau lemah gemulai," kata Kapolsek.

Menurut Roni, H disebut cenderung kurang bergaul dengan teman-temannya di kelas.

Namun, lima dari enam pelajar tersebut masih belum dipulangkan kepada pihak orang tuanya masing-masing.

"Jadi yang terlibat dalam aksi ini hanya lima, sedangkan satu orang lagi berinisial FA kami pulangkan karena berstatus saksi saja, bukan ikut melakukan pengiriman pesan ancaman bom lewat media sosial ke pihak pengelola mal di Koja, Jakarta Utara," kata Roni.

Baca juga: Pelajar SMK di Jakarta berhasil konversikan kendaraan BBM ke listrik

Syahroni menambahkan, para pelajar tersebut belum ditetapkan sebagai tersangka hingga saat ini.

Mereka masih diperiksa dan akan dibina lebih lanjut terkait kelakuannya menjadikan ancaman bom sebagai lelucon.

Adapun lima pelajar yang terlibat dalam aksi "prank "yang meresahkan ini masing-masing ialah FA, H, RF, KH dan seorang pelajar wanita berinisial SAL.

"Ada dua nama berinisial FA, yang satu tetap di sini (Polsek Koja) dan yang satu lagi tidak terlibat," kata Roni.

Kronologi kasus bermula dari pelajar berinisial RF yang hendak mengerjai H ketika masih dalam jam belajar pada Kamis pagi.

Baca juga: Pelajar Jakarta temukan beragam manfaat dari minum jamu

RF berperan mengirimkan nomor H kepada pelajar berinisial FA untuk dikerjai lewat akun grup kelas yang dikelola Ketua Kelas berinisial KH dan SAL.

Anak laki-laki berinisial FA itu lalu membuat profil WhatsApp dengan foto dan nama Noordin M Top. Pemilik nama ini merupakan teroris yang telah tewas ditembak pada 2009.

Menggunakan profil Noordin M Top, pelajar berinisial FA mengirimkan pesan ancaman ke akun salah satu mal di Koja, Jakarta Utara.

"Isi pesannya akan melakukan pengeboman di daerah Koja. Kemudian ditambahkan, jika kamu peduli dengan Noordin M Top, kamu harus mengikuti acara pengeboman, jadi pesan ini dikirim ke Instagram salah satu mal di Koja oleh FA," kata Roni.

Sempat terjadi komunikasi lewat fitur pesan langsung (Direct Message) Instagram antara FA dengan pengelola akun salah satu mal yang ada di Koja itu yang menanyakan maksud dari pengirim pesan.

Baca juga: DKI libatkan pelajar kurangi pelanggaran ketertiban umum

Namun karena khawatir, pihak pengelola akun mal berkomunikasi dengan Kepala Pos Polisi Tugu Polsek Koja, Jakarta Utara untuk meminta pesan tersebut ditindaklanjuti.

Usai menerima laporan dari masyarakat, dalam waktu singkat, Kepala Polsek Koja langsung mengirimkan timnya untuk memeriksa lokasi dan benar saja bom yang dimaksud tidak ditemukan.

Turut hadir dalam konferensi pers Kepala SMA Negeri 114 Jakarta Dwi Priyo Eko S.

Dwi mengatakan pihaknya menghormati penyelidikan yang dilakukan di Polsek Koja, Jakarta Utara atas kasus itu.

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2023