Jakarta (ANTARA) - Pakar obstetri dan ginekologi dari FKUI Universitas Indonesia Dr dr Hariyono Winarto, SpOG(K) mengatakan perempuan yang pernah terinfeksi human papillomavirus (HPV) atau HPV-DNA positif masih memiliki peluang untuk hamil, karena kondisi itu tak berhubungan langsung dengan kehamilan.

"HPV-DNA positif sebenarnya tidak berhubungan langsung dengan kehamilan. Jadi keberhasilan kehamilan itu lain lagi sebenarnya faktor-faktor yang berperan. Jadi tetap bisa hamil, yang sudah pernah HPV DNA positif," kata dia dalam diskusi yang diikuti secara daring pada Jumat.

Kecuali, sambung Hariyono, bila memang ada faktor lain yang saat pasien diterapi karena HPV positif akhirnya mengganggu kehamilan.

Baca juga: Ketahui pentingnya vaksinasi HPV pada laki-laki dan perempuan

"Misalnya ada infeksi di saluran telur dan lainnya, bisa terjadi gangguan untuk hamil," tutur dia.

Diagnosis HPV-DNA positif berarti seseorang terinfeksi HPV tipe risiko tinggi, tetapi bukan berarti dia positif kanker, melainkan berisiko sangat tinggi untuk terkena kanker leher rahim atau serviks di masa mendatang.

Selain tentang peluang hamil, Hariyono juga membahas tentang boleh atau tidaknya pasien HPV-DNA positif divaksin.

"Kalau belum pernah vaksin tetap ada gunanya vaksinasi untuk mencegah reinfeksi. Kalau divaksinasi lagi, kalau ada infeksi lagi berarti tubuh sudah mulai memiliki kekebalan," ujar Hariyono.

Dia menambahkan, pasien tak perlu menunggu negatif HPV untuk bisa divaksin. Tetapi yang penting dia belum terkena kanker serviks.

Tes HPV bermanfaat untuk mendeteksi keberadaan human papillomavirus, virus yang dapat menyebabkan berkembangnya kutil kelamin, sel serviks abnormal, atau kanker serviks. Merujuk Mayo Clinic, tes ini biasanya dilakukan mereka yang berusia 30 tahun atau lebih untuk mendeteksi keberadaan HPV dari leher rahim namun bukan berarti mendiagnosis seseorang terkena kanker.

Tipe HPV tertentu seperti 16 dan 18 meningkatkan risiko seseorang terkena kanker serviks. Tes HPV dilakukan secara rutin di bawah usia 30 tahun tidak disarankan, karena tidak terlalu membantu.

Sementara itu, berbicara penularan, HPV menyebar melalui hubungan seksual dan sangat umum terjadi pada orang muda. Namun, infeksi HPV sering kali hilang dengan sendirinya dalam waktu satu atau dua tahun.

Selanjutnya, perubahan serviks yang menyebabkan kanker biasanya memerlukan waktu beberapa tahun, seringkali 10 tahun atau lebih, untuk berkembang.

Baca juga: Perdarahan tanda tersering kanker leher rahim

Baca juga: Jangan anggap remeh keputihan, bisa jadi cikal bakal kanker serviks

Baca juga: Ketahui tes HPV DNA Genotyping untuk deteksi HPV

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023