Indonesia mengusulkan tiga P sebagai fondasi tindakan kolektif dan kolaborasi kita di masa depan, yaitu Policy (kebijakan), Platform (aplikasi) dan People (sumberdaya manusia)
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia mengusulkan kolaborasi 3P agar negara-negara di dunia dapat memitigasi risiko serta mempersiapkan diri dalam menghadapi masa depan dan memaksimalkan pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI).

"Indonesia mengusulkan tiga P sebagai fondasi tindakan kolektif dan kolaborasi kita di masa depan, yaitu Policy (kebijakan), Platform (aplikasi) dan People (sumberdaya manusia)," ujar Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria dalam keterangan resminya yang diterima, Jumat.

Usulan mekanisme kolaborasi 3P tersebut juga diajukan Pemerintah Indonesia dalam sesi diskusi di forum AI Safety Summit (AISS ) 2023 bertema "Building A Shared Understanding of The Risks of Frontier AI and Future Collaboration" di London, Inggris.

Menurut Nezar, sebagai Ketua Delegasi Indonesia di acara AISS 2023, penguatan kolaborasi dalam merespons perkembangan teknologi menjadi langkah yang penting agar nantinya AI dapat memberikan manfaat yang optimal saat digunakan.

Baca juga: Pakar: Kehadiran AI jadi kesempatan untuk dukung proses pendidikan

Berkaitan dengan kebijakan, ia menekankan kebijakan mengenai AI harus bermanfaat bagi semua pihak dan berfungsi sebagai dasar melakukan tindakan afirmatif seperti menutup kesenjangan digital, dan memfasilitasi transfer teknologi AI.

"Kebijakan harus mencerminkan proyeksi masa depan manusia tentang penggunaan AI yang aman, terjamin, dan kuat," ujarnya.

Ia berpendapat bahwa diskusi mengenai keamanan AI harus ditempatkan melalui platform multilateral yang inklusif dan memungkinkan setiap pemangku kepentingan dapat mengekspresikan keprihatinan secara terbuka.

Mengenai aspek sumber daya manusia (SDM), Indonesia percaya bahwa pengembangan sumber daya manusia adalah suatu keharusan saat AI digunakan sebagai solusi untuk umat manusia.

"Tindakan kita di masa depan harus mengarah pada pendekatan yang lebih inklusif dengan memberdayakan manusia," kata Nezar.

Kesiapan sumber daya manusia adalah kunci untuk mengoptimalkan manfaat dan memitigasi risiko AI. Oleh karena itu, inisiatif literasi digital, program peningkatan keterampilan digital, serta pemberdayaan kepemimpinan digital, harus ditempatkan sebagai komitmen dan prioritas global.

Baca juga: Indonesia suarakan etika pemanfaatan AI dalam AISS 2023

Baca juga: Kemenkominfo ajak industri bahas pemanfaatan AI untuk ekonomi digital

Baca juga: Pakar UGM sebut pemanfaatan AI butuh aturan cegah penyalahgunaan

Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2023