hasil pemantauan harga di beberapa pasar tradisional pada Selasa ini, rata-rata mulai menurun. Harga cabai rawit merah menjadi Rp68.000 per kg
Semarang (ANTARA) - Pemerintah Kota Semarang memantau secara intensif perkembangan harga komoditas strategis yang rawan berfluktuasi, termasuk cabai dan gula yang belakangan ini mengalami kenaikan.

Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu di Semarang, Jawa Tengah, Selasa, mengatakan upaya pengendalian harga terus dilakukan, seperti pemantauan dan pengecekan harga di sejumlah pasar tradisional.

"Berdasarkan hasil pemantauan harga di beberapa pasar tradisional pada Selasa ini, rata-rata mulai menurun. Harga cabai rawit merah menjadi Rp68.000 di Pasar Johar dan MAJT," kata Ita, sapaan akrab Hevearita.

Hal tersebut disampaikannya di sela panen cabai di halaman Kantor Kelurahan Bulusan  Kecamatan Tembalang, Semarang, yang selama ini gencar melaksanakan program "urban farming" (pertanian di perkotaan).

Data dari Dinas Ketahanan Pangan Kota Semarang, harga cabai rawit merah di beberapa pasar tradisional pada pekan kemarin rata-rata di kisaran Rp60.000-75.000 per kilogram.

Data dari Kementerian Perdagangan bahwa sepanjang Oktober 2023 rata-rata harga cabai rawit merah secara nasional mencapai Rp55.934 per kilogram atau naik 37,8 persen dibanding bulan sebelumnya (month on month-MoM).

Baca juga: Disbudpar Semarang menunggu kajian K3 soal Jembatan Kaca Tinjomoyo

Baca juga: PT KAI tinggikan rel di perlintasan sebidang Jalan Kaligawe Semarang


Harga cabai merah keriting naik 11,3 persen (MoM) menjadi Rp45.241 per kg, dan harga cabai merah besar naik 7,8 persen menjadi Rp43.138 per kg.

Ita mengimbau masyarakat untuk tidak "panic buying" atau membeli secara berlebihan karena khawatir kehabisan stok, seiring dengan kenaikan harga sejumlah komoditas pangan.

Ia mengajak masyarakat untuk tetap aktif menanam cabai dan berbagai jenis sayuran lainnya melalui gerakan pertanian perkotaan dengan memanfaatkan lahan sekitar rumah.

"Dengan menanam cabai serta kebutuhan dapur sendiri, harapannya kebutuhan masak memasak dapat dipenuhi. Selain itu, kita juga tidak akan panik atau bingung kalau ada kenaikan harga di pasaran," katanya.

Apalagi, program "urban farming" juga selaras dengan gerakan penanaman cabai melalui Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) atau menanam cabai di sekitar pekarangan perumahan yang tengah digalakkan Kementerian Pertanian.

Ia mengapresiasi Kelurahan Bulusan sebagai salah satu kelurahan yang ikut melakukan "urban farming", dengan memanfaatkan lahan sekitar perkantoran seluas 15 meter yang bisa dipanen setiap minggu.

Sementara itu, Lurah Bulusan Rukayah menyampaikan program pertanian perkotaan di wilayah dimulai sejak Februari 2023 dengan mengajak perangkat kelurahan menanam sejumlah tanaman sayur seperti cabai, tomat, terong dan ketela rambat.

"Alhamdulillah hari ini, kami panen cabai dan sayur glandir di halaman kantor. Lewat panen kali ini, kami ingin mengajak masyarakat supaya bisa memanfaatkan lahan yang ada untuk dijadikan media 'urban farming'," katanya.

Baca juga: Kalsel promosikan pariwisata di Kota Lama Semarang

Baca juga: Puluhan kontainer barang kiriman PMI tertahan di pabean Semarang

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023