Penting memiliki kesadaran tantangan global seperti perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa mengatakan manajemen informasi geospasial yang terpadu dalam kerangka kebijakan dan agenda pembangunan berkelanjutan diperlukan untuk mengatasi triple planetary crisis (perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati).

Pernyataan tersebut disampaikan dalam Plenary Meeting UN-GGIM (United Nations Committee of Experts on Global Geospatial Information Management) Asia-Pasifik ke-12 dengan tema Embracing Geospatial Innovation for a Sustainable World di Bali, Kamis.

“Penting memiliki kesadaran tantangan global seperti perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan manajemen informasi geospasial yang terpadu dalam kerangka kebijakan dan agenda pembangunan berkelanjutan, baik di tingkat nasional, regional, maupun global. Integrasi data geospasial dengan data statistik nasional, serta antara data geospasial darat dan maritim sangat esensial,” kata Kepala Bappenas.

Dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Teknokratik 2025-2029 untuk mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045, data statistik dan informasi geospasial yang akurat, valid, dan terkini menjadi fondasi penting. Hal ini sesuai pendekatan perencanaan pembangunan yang bersifat tematik, holistik, integratif, dan spasial.

“Pertemuan ini memiliki peran strategis untuk merangsang inovasi dan integrasi data geospasial di Indonesia dan negara-negara Asia-Pasifik, dengan fokus pada peningkatan kualitas dan kuantitas data geospasial, yang sangat relevan dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan,” ungkapnya.

Dia mengajak 400 peserta UN-GGIM Asia-Pasifik untuk menjalankan beragam kolaborasi guna berbagi pengetahuan dan memperkuat diplomasi terkait pengelolaan informasi dan data geospasial. Para peserta tersebut terdiri dari perwakilan negara anggota GGIM, peneliti geospasial, pemerintah daerah, dan institusi di bidang industri geospasial serta penyelenggara informasi geografis.

Dengan demikian, diharapkan upaya kolaborasi antar pelbagai pemangku kepentingan dapat mempertajam strategi mencapai pembangunan berkelanjutan di Indonesia maupun seluruh negara Asia-Pasifik. Selain juga untuk memperkaya pengetahuan kolektif dalam pemanfaatan data geospasial, meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di bidang geospasial, dan membuka peluang untuk mengembangkan industri geospasial.

“Indonesia berkomitmen penuh untuk mendukung inovasi dan diplomasi di bidang geospasial, khususnya melalui peran Badan Informasi Geospasial (BIG) Indonesia. Pertemuan Pleno UN-GGIM ke-12 ini diharapkan akan menjadi wadah kesepakatan yang menggerakkan diplomasi dan inovasi di bidang informasi geospasial untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di Asia-Pasifik dan skala global,” ujar Suharso.


Baca juga: Badan Informasi Geospasial susun sistem informasi spasial penataan IKN
Baca juga: Kementerian PUPR terima penghargaan penggunaan teknologi geospasial
Baca juga: Menteri ATR: Data geospasial penting bagi banyak lembaga


Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023