Mahasiswa tidak hanya bicara atas nama rakyat tapi mengenal masyarakat."
Jakarta (ANTARA News) - Profesor Ilmu Politik Universitas Northwestern Jeffrey A Winters menilai keberadaan masyarakat sipil atau "civil society" masih lemah sehingga partisipasi terhadap politik masih kurang.

"Semua orang punya kesimpulan yang sama bahwa `civil society` di Indonesia lemah sehingga (keberadaan) organisasi kurang, partisipasi kurang dan respon terhadap (kebijakan) pemimpin sedikit," kata Jeffrey usai seminar bertajuk "Oligarki, Media, dan Demokrasi dalam Menghadapi Pemilu 2014" di Universitas Atma Jaya Jakarta, Selasa.

Dia menilai partisipasi politik masyarakat sipil di Indonesia cukup besar di tahun 1950-1960. Namun menurut dia setelah peristiwa pembunuhan massal sehingga menimbulkan efek bahwa aktivitas politik di tingkat akar rumput sangat berbahaya.

"Kejadian masa lalu masih menghantui proses politik dan partisipasi masyarakat dalam sistem demokrasi di Indonesia yang terkesan masih elitis," ujarnya.

Jeffrey mencontohkan salah satu elemen masyarakat sipil adalah mahasiswa yang tidak bisa menjalankan pola lama di masa pergerakan. Menurut dia mahasiswa memposisikan diri jauh dari masyarakat sehingga mereka tidak keluar kampus dan rakyat tidak boleh masuk ke dalam kampus.

"Saat ini mahasiswa memiliki `tembok` yang tinggi sehingga mereka tidak boleh keluar dari kampus dan masyarakat tidak bisa masuk ke dalamnya," kata Jeffrey.

Dia menilai ada sikap elitisme di internal mahasiswa sehingga tidak menguntungkan dalam hubungannya dengan masyarakat. Karena itu dia menyarankan adanya pola baru hubungan antara mahasiswa dengan masyarakat.

"Mahasiswa tidak hanya bicara atas nama rakyat tapi mengenal masyarakat," ujarnya. (I028)

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013