Ekspedisi ini adalah terkait dengan sumber daya hayati dan non-hayati yang kita miliki sebagai bagian dari kerja sama selama 10 tahun
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Institute of Oceanology Chinese Academy of Sciences (IOCAS) memulai ekspedisi selama 35 hari untuk meneliti arus laut lintas di wilayah timur Indonesia, terkhusus Maluku dan Halmahera.
 
Kepala Organisasi Riset Kebumian dan Maritim BRIN Ocky Karna Radjasa mengatakan ekspedisi itu dalam rangka merayakan satu dekade kerja sama "Indonesia-China Silk and Belt Road in Marine Research".
 
"Ekspedisi ini adalah terkait dengan sumber daya hayati dan non-hayati yang kita miliki sebagai bagian dari kerja sama selama 10 tahun," ujarnya saat ditemui dalam acara pelepasan ekspedisi di Pelabuhan JICT 2, Jakarta, Rabu.
 
Ocky menuturkan Indonesia sebagai negara dengan kekayaan hayati tertinggi memanfaatkan kesempatan itu untuk mempelajari berbagai kekayaan hayati yang hidup di lautan Indonesia mulai dari permukaan sampai ke laut dalam.

Baca juga: BRIN: Perkuat kolaborasi riset di wilayah timur Indonesia
 
Menurutnya, 68 persen laut Indonesia memiliki kedalaman lebih dari 200 meter. Data dan informasi tentang laut dalam tersebut masih belum banyak dimiliki oleh BRIN.
 
"Jadi, termasuk kekayaan hayati atau biodiversitas akan kami pelajari melalui ekspedisi selama 35 hari," kata Ocky.
 
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa kerja sama selama 10 tahun antara BRIN dan IOCAS memperkuatkan pengumpulan data yang semakin kumulatif. Kolaborasi riset itu juga menghasilkan diseminasi melalui konferensi dan publikasi internasional.
 
Bahkan penguatan generasi maritim juga menjadi bagian yang tidak kalah penting dalam ekspedisi tersebut, katanya.
 
"Ini yang ingin kami perjuangan dan ini merupakan kolaborasi kedua belah pihak, melibatkan peneliti muda yang berasal dari China maupun dari BRIN," kata Ocky.

Baca juga: Dubes RI dorong kolaborasi riset dengan perusahaan China
 
Ekspedisi riset arus laut lintas di wilayah timur Indonesia tersebut menggunakan kapal riset Geomarin III milik Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
 
Kepala Balai Besar Survei dan Pemetaan Geologi Kelautan Badan Geologi Hadi Wijaya mengatakan kapal riset Geomarin III dapat menampung 51 orang dengan rincian 30 orang periset dan 21 orang kru.
 
Kapal Geomarin III menggunakan peralatan geofisika, geologi, dan oseanografi, serta peralatan riset utama dari BRIN dan IOCAS.
 
"Kapal ini multipurpose vessel yang bisa dipakai untuk beberapa kegiatan, tidak hanya untuk Kementerian ESDM, tapi juga untuk infrastruktur di laut, termasuk untuk rencana penempatan kabel bawah laut, pipa gas, bahkan penempatan dari Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) seperti di Freeport," kata Hadi Wijaya.

Baca juga: Pemerintah ingin tingkatkan kerja sama riset dengan China

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023