Pekanbaru (ANTARA News) - Masyarakat pengguna jalan mengeluhkan maraknya pungutan liar (pungli) di proyek semenisasi Jalan Lintas Timur di Provinsi Riau.

"Di proyek ruas jalan semenisasi lebih banyak pungli ke pengguna jalan, tanpa ada dihentikan oleh polisi maupun dinas perhubungan," kata seorang warga, Agung Marsudi (45), di Pekanbaru, Selasa.

Dari penelusuran ditemukan bahwa praktek pungli ada di tiga titik proyek semenisasi Jalan Lintas Timur di Riau. Lokasi pertama berada di daerah Minas, Kabupaten Siak. Sejumlah oknum pekerja proyek bersama warga terlihat sengaja membuat macet arus lalu lintas.

Modusnya, para oknum itu hanya membuka salah satu jalur untuk dilintasi kendaraan yang membuat arus dari arah sebaliknya mengantre bahkan bisa mencapai dua kilometer panjangnya.

Pengendara mobil yang tidak sabar akhirnya nekat melaju hingga ke bahu jalan yang berupa tanah, dan harus berebut jalur dengan mobil serta truk dari arah lainnya.

Lalu dipangkal pengerjaan jalan semen itu, sejumlah oknum sudah menunggu untuk mengalihkan kendaraan ke jalan inspeksi pipa yang dibangun perusahaan minyak Chevron Pacific Indonesia. Untuk masuk ke jalan itu, sejumlah oknum berdiri ditepi jalan meminta uang.

Para pelaku pungli itu juga bersiaga di persimpangan jalan inspeksi minyak berdalih memberi arahan sambil meminta uang lagi, dan pungli lainnya ada juga di titik keluar dari jalan pintas itu.

"Dari satu jalan pintas, mereka bisa tiga kali minta uang. Kalau mau menunggu antrean bisa sampai satu jam karena mereka seperti sengaja membuat macet jalan supaya aksi mereka bisa diterima warga, seakan mereka memberi pertolongan," kata Agung.

Rata-rata para pengendara memberi uang Rp1.000 di setiap titik pungli. Kondisi serupa juga terjadi di lokasi proyek semenisasi di daerah Simpang Bangko, Kabupaten Bengkalis. Satu lokasi lainnya di proyek semenisasi di daerah Bukit Timah perbatasan Bengkalis-Dumai.

Parahnya, pungli terus terjadi pada malam hari saat tidak ada aktivitas pengerjaan jalan.

"Bayangkan, berapa banyak mereka mendapat untung dari pungli karena yang melewati Jalan Lintas Timur mungkin bisa ribuan kendaraan dalam satu jam," kata warga lainnya, Ashwandi (42).

Ia menyayangkan, tidak ada kehadiran polisi maupun dinas perhubungan untuk mengatur kemacetan itu. Akibatnya, praktek pungli di Jalan Lintas Timur makin leluasa terjadi.

Pewarta: FB Anggoro
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2013