Malang (ANTARA) - Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar Seminar Internasional Berbahasa Indonesia (SIBI) untuk mengkaji lingkungan dan sosial yang diikuti peserta dari sejumlah negara, di antaranya Australia, Hawai, India, Thailand, Vietnam, dan lainnya.

Pemateri dari Jawaharlal Nehru University, India Dr Gautam Khumar Jha Ph.D. menyatakan bahwa revolusi dunia industri menjadi post-industrial membawa tantangan baru dan serius bagi kehidupan manusia, seperti perubahan sosial, perubahan pendidikan dan perubahan pada alam.

"Revolusi ini melahirkan perubahan pola sosial bermasyarakat. Contohnya, globalisasi yang melahirkan pola konsumsi, dimana menunjukkan status sosial atau kekayaan seseorang. Ini disebut dengan pola konsumsi yang mencolok," kata Dr Gautam Khumar yang hadir secara virtual dalam Seminar Internasional Berbahasa Indonesia yang diinisiasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UMM, Selasa.

Agenda dengan tajuk "Efek Post Industrial dalam Krisis Perubahan Iklim" itu diikuti ratusan sivitas akademika dari berbagai belahan dunia, seperti Australia, Hawai, India, Thailand, Vietnam, dan lainnya.

Para pakar yang dihadirkan juga dari banyak negara dengan beragam topik yang disajikan.

Baca juga: UMM kukuhkan guru besar bidang psikologi

Baca juga: Mahasiswa UMM kembangkan alat pendeteksi kualitas air tambak udang


Lebih lanjut, Gautam Khumar menyampaikan aktivitas ekonomi masyarakat yang berubah dapat menyebabkan beban berat terhadap lingkungan. Pola konsumtif masyarakat ini adalah hasil dari percepatan persebaran informasi dan komunikasi pada lini masyarakat global.

Sebagai dampaknya, muncul kebutuhan-kebutuhan palsu dari masyarakat untuk memenuhi hasrat sosialnya, ujarnya.

“Karenanya, industri perlu menciptakan produk-produk berkelanjutan untuk keberlangsungan dunia industri. Bukan hanya produk-produk yang cepat usang, dan akhirnya mencemari lingkungan,” tambahnya.

Salah satu solusi yang ia berikan adalah menerapkan kearifan lokal pada lini masyarakat global untuk menciptakan kearifan yang berkelanjutan, sehingga mampu menyelesaikan masalah perubahan iklim.

“Misalnya saja pengobatan tradisional di Indonesia dan India yang mencerminkan warisan budaya dan pemahaman lingkungan,” ucapnya.

Sementara itu, Islahuddin, M.A. dari Fatoni University, Thailand membenarkan bahwa pendidikan dapat menjadi solusi pengelolaan lingkungan dan keberlanjutan sosial. Pendidikan mengubah pemahaman masyarakat mengenai keberlanjutan lingkungan.

Salah satu penerapannya adalah pendidikan Islam yang dapat menciptakan persaudaraan dan keadilan antar-umat beragama.

“Hal ini tentu menarik, apabila dibawa ke perspektif agama dalam menciptakan sistem keberlanjutan lingkungan,” kata Wakil Rektor (WR) I UMM, Prof Dr Syamsul Arifin.

 Wakil Rektor (WR) I UMM, Prof Dr Syamsul Arifin berharap pendidikan agama tidak hanya menambah pemahaman mengenai lingkungan saja, tapi juga mengubah perilaku dan pola pikir masyarakat seperti yang dilakukan oleh Muhammadiyah melalui Milad ke-111, memiliki tujuan dan berkomitmen untuk menciptakan lingkungan hidup yang aman dan damai.

Ia mengatakan bahwa seminar internasional itu menjadi wadah yang tepat bagi para praktisi dan sivitas akademika untuk menyampaikan gagasan-gagasannya, terutama terkait lingkungan dan perubahan iklim.

"Selain itu, juga menjadi tempat yang bagus untuk mempraktikkan bahasa Indonesia, mengingat seminar ini menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama," ucapnya.

Baca juga: Dubes RI untuk UNESCO bedah buku filsafat pendidikan tinggi di UMM

Baca juga: Gandeng Asia University Taiwan, Psikologi UMM kaji kesehatan mental

 

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023