Mitigasi hijau merupakan implementasi dari strategi adaptasi dan ketahanan adaptasi perubahan iklim yang ditujukan untuk mengurangi resiko bencana berbasis masyarakat
Sukabumi, Jabar (ANTARA) - Palang Merah Indonesia (PMI) berkomitmen membangun ketangguhan daerah dan masyarakat dalam upaya pengurangan resiko bencana yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia melalui mitigasi hijau.

"Mitigasi hijau merupakan implementasi dari strategi adaptasi dan ketahanan adaptasi perubahan iklim yang ditujukan untuk mengurangi resiko bencana berbasis masyarakat," kata Pengurus Bidang Humas dan Hubungan Internasional Niniek Kun Naryatie melalui sambungan telepon di Nusa Tenggara Timur (NTT) usai menjadi pembicara pada workshop keterlibatan dan pengalaman PMI dalam upaya mitigasi hijau pada Selasa, (21/11).

Baca juga: BP3MI: Lima PMI asal Sultra bermasalah dipulangkan ke Indonesia

Menurut Niniek, dalam pelaksanaannya PMI dan Palang Merah Amerika (Amcross) berkolaborasi sebagai upaya peningkatan kesiapsiagaan masyarakat kegiatan pengurangan resiko bencana berbasis masyarakat (Pertama), khususnya di daerah aliran sungai (DAS) pada program Communities Ready to Act (CoRTA).

Adapun lokasi yang menjadi prioritas untuk melaksanakan program ini adalah Kabupaten Manggarai, NTT di mana proyek ini dilakukan sejak Januari 2021 dan berakhir pada Desember 2023.

Proyek CoRTA merupakan kelanjutan program upaya mitigasi pengurangan resiko bencana (PRB) berbasis masyarakat dengan mengadaptasi beberapa pendekatan, salah satunya adalah nature based solutions (NBS) atau solusi berbasis alam.

"NBS merupakan salah satu intervensi yang menjadi prioritas PMI dalam upaya mengatasi perubahan iklim, di mana PMI Pusat mendorong seluruh PMI tingkat kabupaten dan kota untuk memulai mitigasi hijau dan berbasis lingkungan," tambahnya.

Niniek mengatakan NBS dilakukan dalam upaya mengatasi kerusakan dan degradasi lingkungan. Pada pelaksanaannya, PMI dibantu.

Baca juga: BP2MI fasilitasi pemulangan 56 PMI ke daerah asal

Dalam pelaksanaannya, PMI dibantu konsultan dari Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor (PKSPL IPB) untuk menangani perbaikan ekosistem melalui upaya konservasi tanaman-tanaman lokal yang berkontribusi pada peningkatan pengurangan resiko banjir dan abrasi di sepanjang daerah aliran sungai dan pesisir.

Hasil akhir dari kegiatan ini adalah upaya-upaya konservasi yang dilakukan oleh komunitas dan masyarakat di sepanjang DAS seperti Manggarai Mangrove Center (MMC) yang merupakan upaya PMI terkait konservasi lingkungan.

Selama melaksanakan program tersebut PMI dan Amcross mendapat dukungan dan ucapan terima kasih dari Pemkab Manggarai, karena kegiatan yang dilakukan dua lembaga kemanusiaan juga membantu program kerja Pemkab Manggarai pada bidang penanggulangan bencana dan penguatan kapasitas masyarakat khususnya di wilayah kerja di Kecamatan Reok.

Informasi yang dihimpun dari PMI, workshop yang digelar di Aula Ranaka Kantor Bupati Manggarai ini juga dihadiri Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (SIBAT) dari PMI Batang, Demak dan Aceh Jaya.

Turut hadir perwakilan dari International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC), Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia atau Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) serta Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) Kabupaten Manggarai.

Baca juga: KBRI tegaskan komitmen negara lindungi PMI di Brunei Darussalam

Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023