Ia mengemukakan pada penganugerahan tersebut, ada empat kategori yang dinilai, yakni tokoh bahasa, sastrawan kontemporer, maestro sastra, dan komunitas bahasa atau sastra.
Baca juga: Balai Bahasa Sulteng: Kegiatan literasi beralih ke dunia digital
Baca juga: Balai Bahasa Sulteng: Kegiatan literasi beralih ke dunia digital
“Keempat kategori itu telah memenuhi penilaian juri dan dianugerahkan penghargaan sesuai dengan kategori masing-masing,” ucapnya.
Ia mengatakan penganugerahan penghargaan itu untuk mengabarkan kepada semua orang bahwa asa orang-orang yang gigih bekerja untuk daerah.
Mereka masyarakat biasa, tetapi dalam implementasinya dilaksanakan dengan tulus, yang mana kerja-kerja itu merupakan tugas dan fungsi lembaga pemerintah.
"Kegiatan ini untuk membiaskan, mengabarkan kepada generasi muda bahwa jalan bahasa dan sastra ini adalah jalan mulia, jalan yang harusnya tidak menjadi jalan sunyi," tuturnya.
Balai Bahasa Sulteng sebagai unit pelaksana teknis (UPT) Badan Bahasa Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) meniatkan program tersebut secara berkelanjutan dengan mengusung semangat fokus dan kolaborasi.
Baca juga: Sastrawan pemenang Anugrah Sastra Rancage diumumkan
Baca juga: Sandiwara Sastra jembatan kenalkan tradisi pada generasi muda
Baca juga: Sastrawan pemenang Anugrah Sastra Rancage diumumkan
Baca juga: Sandiwara Sastra jembatan kenalkan tradisi pada generasi muda
Oleh karena itu, ia meminta pegiat seni dan budayawan di daerah ini dapat memperkokoh kearifan lokal melalui bahasa dan sastra, termasuk melakukan regenerasi yang dikolaborasikan dengan pemerintah dalam pembinaannya.
"Mereka bekerja tanpa henti, karena panggilan kearifan lokal, menjaga kekayaan budaya semua etnik, mereka ialah pejuang bahasa dan sastra di provinsi ini," kata Asrif.
Pewarta: Mohamad Ridwan/Kristina Natalia
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023