Kerusuhan ini menunjukkan bahwa etika sportivitas masyarakat masih sangat lemah
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua MPR RI Hajriyanto Y Thohari mengatakan kerusuhan yang terjadi pada pertandingan tinju di Nabire Papua menunjukkan bahwa masyarakat belum bisa bersikap sportif dalam menerima kekalahan.

Menurut Hajriyanto, di Gedung MPR, Senin, insiden kerusuhan karena ada kelompok yang tidak bisa menerima kekalahan tidak hanya terjadi di Nabire, Papua, dan tidak hanya terjadi pada pertandingan olahraga tinju.

Kerusuhan seperti itu juga bisa pada kegiatan lainnya, termasuk di dunia politik misalnya saat pelaksanaan pemilihan kepala daerah.

"Pada pemilihan kepala daerah, sering terjadi pasangan calon yang kalah tidak bisa menerima kekalahan yang memprovokasi pendukungnya untuk melakukan kerusuhan," kata politisi Partai Golkar ini.

Ia pun mengatakan insiden ini hendaknya memacu para pemimpin untuk menumbuhkan kesadaran sportivitas pada masyarakat.

"Persoalan etika sportivitas ini adalah kesadaran, sehingga hal ini merupakan persoalan kultural," katanya.

Di tempat terpisah, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol, Ronny F Sompie mengatakan, kerusuhan yang terjadi pada pertandingan tinju Piala Bupati di Gedung Olahraga Kota Lama, Kabupaten Nabire, Papua, Minggu (14/7), dipicu oleh ketidakpuasan pendukung atas kekalahan idolanya pada pertandingan tinju.

"Telah terjadi keributan di GOR Nabire setelah pertandingan tinju, antara Yulianus Pigome dari Sasana Tinju Mawa dan Alpius Komkone dari sasana Tinju Persada, pada hari keenam," katanya di Jakarta, Senin.

Menurut Ronny, pendukung Pigome tidak bisa menerima kekalahan idolanya, kemudian ada yang melemparkan kursi ke arah wasit dan penonton, sehingga menyulut kerusuhan.

Apalagi, kata dia, kapasitas GOR Nabire maksimal 800 orang, namun diisi sekitar 1.500 orang dan hanya memiliki satu pintu masuk dan keluar.

"Dalam kondisi penuh sesak dan terjadi keributan maka penonton saling berebut keluar gedung, sehingga ada yang terdorong dan terinjak-injak," ungkapnya.


Pewarta: Riza Harahap
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013