Jakarta (ANTARA) -
Principal Solution Engineer Cloudera Fajar Muharandy mengatakan bahwa Indonesia menghadapi dua tantangan yang membuatnya terlambat dalam implementasi beberapa aspek teknologi.
 
“Bukannya kita terlambat di semua aspek teknologi, tetapi bisa (dilihat) dari kasus demi kasus,” kata Fajar, saat pertemuan dengan awak media, di Jakarta Pusat, Selasa.
 
Ia mencontohkan implementasi cloud di Indonesia yang terlambat karena belum ditunjang oleh regulasi yang menjadi pondasi.

Baca juga: GSMA: Perlu peta jalan pengembangan spektrum frekuensi di Indonesia
 
“Misalnya seperti customer kami di perbankan mereka mau pakai cloud mereka seperti wait and see nih mau lihat boleh gak sih taruh data di luar, itu salah satunya,” kata Fajar.
 
Selain aspek regulasi, lanjut Fajar, ada aspek teknologi yang bergantung dengan negara lain yang menjadi pembuat teknologi tersebut.
 
Seperti teknologi large language model (LLM), kata Fajar, yang dibuat oleh Meta yang feeding data dalam bahasa Inggris.
 
Open source LLM mereka kebanyakan itu mereka me-train modelnya menggunakan feeding data dari bahasa Inggris dulu, baru kemudian kita adopsi dan sempurnakan atau kita bikin sesuai dengan kebutuhan kita,” kata Fajar.
 
Oleh karena itu, kata Fajar, ketergantungan sesuatu yang dihasilkan dengan basis konteks dari luar menuju Indonesia menjadi faktor kedua yang membuat Indonesia terlambat mengimplementasikan beberapa aspek teknologi.
 
Namun, Fajar mengungkapkan bahwa Indonesia bisa dengan cepat mengimplementasikan beberapa aspek teknologi dibanding beberapa negara lain di Asia Pasifik.
 
Ia menegaskan bahwa kecepatan implementasi teknologi di Indonesia tergantung pada industri dan aspek teknologinya.

Baca juga: Mengintip kemudahan pelayanan di era digitalisasi keuangan

Baca juga: Wamenkominfo sebut tiga aspek penting pemanfaatan AI di Indonesia

Baca juga: Inovasi guru terapkan transformasi digital di garis depan Indonesia

Pewarta: Rina Nur Anggraini
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023